Diberhentikannya PTM (pembelajaran tatap muka) dilingkungan Kabupaten Jepara, mengakibatkan pembelajaran kembali dilakukan melalui daring. Pada pembelajaran daring guru dan siswa tidak dapat bertemu secara langsung. Mereka hanya bisa berkomunikasi lewat sosial media. Tentu saja sosial media yang sering digunakan adalah WhatsApp. Pembelajaran daring menggunakan aplikasi WhatsApp cukup menarik minat belajar dikalangan siswa. Namun lama kelamaan siswa menjadi jenuh. Hal itu terlihat pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada SD Negeri 2 Karangnongko. Jangankan pembelajaran berorientasi HOTS, penerapan GLN dan PPK juga tidak dapat terlaksana. Akibatnya hasil belajar menjadi rendah. Dari 21 siswa, hanya 48% atau 10 siswa yang nilainya mencapai KKM yaitu 65. Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 52% atau 11 siswa. Oleh karena itu, penulis bermaksud meningkatkan gairah pembelajaran daring melalui codar
Codar merupakan akronim dari collaborative daring yaitu menerapkan pembelajaran daring dengan menggabungkan tiga aplikasi yaitu WhatsApp, Google Classroom dan Zoom. Codar dapat diterapkan dalam satu hari sekaligus dalam kegiatan pembelajaran daring. Ataupun sebagai alternatif varian untuk hari-hari berikutnya. Dengan adanya codar dalam pembelajaran daring, siswa menjadi lebih bergairah. Motivasi siswa untuk belajar juga menjadi lebih meningkat. Hal itu sesuai dengan pendapat Barkle, Major & Cross (2014) yang menyatakan bahwa peranan pembelajaran kolaboratif daring adalah meningkatkan hasil belajar.
Penggunaan codar dengan ketiga aplikasi didalamnya yaitu WhatsApp, Google Classroom dan Zoom sangatlah mudah, familiar, dan menarik. Adapun langkah pembelajarannya yaitu dengan mengkolaborasikan ketiganya. Melalui WhatsApp grup kelas, guru dapat memberikan pesan secara cepat kepada siswa. Bentuk pesan bisa berupa kalimat, gambar dan suara disesuaikan dengan diskusi materi pelajaran. Dengan menggabungkan WhatsApp di Codar, pembelajaran menjadi semakin efektif. Hanya guru harus mengorganisasi secara manual tugas-tugas siswa. Ini tentu membuat pekerjaan guru menjadi lebih sulit. Untuk mengatasi masalah tersebut memanfaatkan Google Classroom adalah jawabannya.
Google Classroom menawarkan berbagai macam menu yang dapat digunakan untuk kemudahan guru dalam mengelola kelas maya. Melalui menu Classwork, guru dapat membuat soal tes, pre-tes, kuis, menggunggah materi dan mengadakan refleksi. Baik WhatsApp dan Google Classroom memiliki kekurangan yang sama yaitu tidak dapat melakukan tatap muka jarak jauh (TMJJ) dalam jumlah banyak. Untuk mengatasi hal itu memanfaatkan Zoom dalam Codar adalah solusinya.
Aplikasi Zoom dapat menghasilkan komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Aplikasi ini dapat dioperasikan melalui komputer, laptop ataupun gawai. Aplikasi ini menawarkan versi gratis dan berbayar. Untuk kegiatan TMJJ guru dapat memanfaatkan versi gratis. Penginstallan dan pengoperasiannya tidak sulit, hanya membutuhkan alamat Gmail. Guru dapat mengirimkan nomor Meeting Id dan password melalui WhatsApp grup.
Kegiatan pembelajaran daring menggunakan codar menjadikan siswa bergairah. Motivasi siswa untuk belajar juga meningkat, suasana belajar menjadi lebih hidup dan menarik. Pembelajaran berorientasi HOTS dengan penerapan GLN dan PPK juga dapat terlaksana. Hal itu terlihat dari nilai evaluasi siswa. Siswa yang mencapai nilai KKM meningkat menjadi 86% atau 18 siswa. Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM menurun menjadi 14% atau 3 siswa. Hal itu sesuai dengan pendapat Barkle, Major & Cross (2014) bahwa codar tingkatkan hasil belajar daring selama PJJ.
Oleh:
Nurul Muffidah, S.Pd.
SD Negeri 2 Karangnongko Kec. Nalumsari Kab. Jepara