JATENGPOS.CO.ID – Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran yang memiliki visi dan misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, melalui proses menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya; dan memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru dan masyarakat pada umumnya.
Pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kewarganegaraan secara utuh melalui pengembangan dampak instruksional, dampak pengiring, dan budaya kewarganegaraan dalam lingkungan belajar yang menarik, menyenangkan, dan membelajarkan sepanjang hayat. Untuk itu perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran dan lingkungan belajar di kelas maupun di luar kelas.
Sementara yang sering terjadi peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dengan metode ceramah.
Muncul pertanyaan bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut ?
Untuk menjawab permasalahan di atas kegiatan pembelajaran yang kami pilih untuk Kompetensi Dasar Ancaman Terhadap Negara dalam Bhinneka Tunggal Ika kelas X (sepuluh) dengan pendekatan permainan tradisional Gobak Sodor. Ketika disampaikan pertanyaan “ Anak-anak apakah kalian pernah mendengar nama permainan Gobak Sodor?” hanya sedikit sekali peserta didik memberikan tanggapan, mereka bengong dan 36 pasang bola mata mengarah kepada sang guru, sinyal kalau ada ketertarikan dan keingintahuan. Nah di sinilah Sang guru tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membuat peserta didik lebih tertarik akan materi dan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Segeralah diputarkan video permainan tradisional Gobak Sodor.
Setelah cukup mengerti aturan dan cara main permainan tradisional tersebut peserta didik pada pertemuan berikutnya langsung menuju lapangan terbuka. Kemudian mereka bekerjasama mulai menggunakan meteran untuk mengukur panjang dan lebar kotak-kotak, mengaduk kapur bangunan untuk membuat garis – garis putih pembatas lapangan. Lapangan gobag sodor ini mirip dengan lapangan badminton atau bulu tangkis yang menjadi medan permainan. Mengukur panjang dan lebar lapangan dibagi menjadi (6) enam bagian dan yang menjadi ciri khas adalah sodornya karena dapat memburu lawan dengan lebih leluasa ke depan ke belakang.
Peserta didik yang berjumlah 36 siswa dibagi tiap kelompoknya 6 siswa sehingga tepat ada 6 kelompok yang nantinya akan bermain menjadi 3 sesi permaianan. Sekali permainan terdiri dari kelompok (12 siswa). Satu tim menjaga garis pertahanan, tugasnya menghalangi supaya lawan tidak bisa melewati masuk ke area pertahanan. Sementara kelompok lawan terus berusaha bisa menerobos daerah pertahanan lawan sampai bisa kembali ke posisi depan lagi dan mendapat poin kemenangan. Poin kemenangan ini berupa logo-logo atau lambang pemersatu yang sudah menjadi komitmen seluruh bangsa Indonesia. Seperti Burung Garuda, Bendera Merah Putih, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia dan masih banyak yang lainnya.
Aturan mainnya kelompok yang kalah dalam permainan mendapatkan tugas mencari pasal dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bisa juga menjawab soal atau pertanyaan-pertanyaan yang sudah menjadi komitmen dan kesepakatan bangsa Indonesia dalam memelihara persatuan dan kesatuan.
Dengan pembelajaran yang dilakukan di lapangan terbuka, peserta didik menjadi lebih senang, bersemangat dan yang tidak kalah penting dapat memberikan pengalaman yang riil untuk mempertahan persatuan dan kesatuan ketika lawan atau bahaya datang dengan semboyan “Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh”. Memahami hal yang perlu ditingkatkan dan dijaga diantaranya : 1. meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong royong dan musyawarah. 2. Mentaati peraturan/hukum yang berlaku. 3. Melindungi, menjamin serta menjunjung tinggi persamaan kepada siapapun tanpa pandang bulu, 4. Memperkuat system pertahanan dan keamanan sehingga semua anggota merasa terlindungi. 5. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika, sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan kita harus bersatu sebagai bangsa Indonesia.
Asriniyatun, S.Pd,. M.A.
Guru SMK Negeri 11 Semarang