JATENGPOS.CO.ID, – Keberadaan smartphone (telepon pintar) sangat menunjang pekerjaan manusia, begitu pula dalam dunia pendidikan. Smartphone sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Fitur smartphone yang mampu mengakses internet sebenarnya sangat menunjang guru maupun siswa untuk menggali informasi yang lebih luas. Ketika guru atau siswa tidak menemukan informasi di buku, mereka bisa dengan mudah mencari referensi lain melalui internet. Purbo (dalam Prihatna, 2005) menjelaskan bahwa internet pada dasarnya merupakan sebuah media yang digunakan untuk mengefesiensikan sebuah proses komunikasi yang disambungkan dengan berbagai aplikasi, seperti web, volp, email.
Semakin mudahnya siswa mengakses internet ternyata tidak lantas membuat mereka dengan mudah mencari pengetahuan selain buku. Hal tersebut terjadi karena mudahnya mereka teralihkan oleh konten-konten yang bersifat menghibur, khususnya permainan. Permainan di internet (game online) sudah telanjur menjadi sebuah trend bagi anak zaman sekarang. Bagi mereka, game online sudah menjadi sebuah kebutuhan. Bahkan, ada dari mereka yang berani memainkan game online saat pembelajaran di kelas. Orientasi mereka saat membuka smartphone-nya lebih cenderung untuk memainkan game online tersebut daripada konten-konten pendidikan. Hal tersebut juga ditunjang dengan semakin mudahnya mereka menemukan jaringan internet, seperti wifi.
Perilaku yang dialami siswa tersebut sebenarnya muncul dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama adalah pergaulan. Bisa dikatakan, hampir semua anak usia sekolah (SMP – SMA/SMK) menggunakan smartphone serta memainkan game online. Rasa ingin tahu mereka masih sangat tinggi sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar, terutama pergaulan. Fenomena tersebut sebetulnya masih terbilang wajar selama mereka mampu mengontrol waktu dan tempat penggunaan benda tersebut.
Permasalahan akan muncul ketika benda tersebut sudah menjadi candu. Mereka tidak mampu mengatur waktu dan tempat bermain game online. Beberapa kasus muncul di dunia pendidikan yang berkaitan dengan smartphone maupun game online. Bahkan, sebuah kasus terjadi pada 7 Maret 2018 di Pontianak. Seorang siswa Madrasah Darussalam. Kecamatan Pontianak Timur, Pontianak, Kalimantan Barat, nekat menganiaya gurunya karena tidak terima ditegur saat memainkan smartphone-nya di kelas. Bahkan, pada Desember 2017 lalu di Probolinggo, Jawa Timur, ada seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang nekat mencuri di rumah anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena butuh uang untuk bermain game online. Hal tersebut menggambarkan begitu fatalnya dampak penggunaan smartphone yang tidak terkontrol.
Dari peristiwa tersebut, guru harus berhati-hati dan mengawasi perilaku anak saat menggunakan smartphone-nya. Apalagi jika guru memperbolehkan siswa membawa smartphone ke kelas sebagai alat bantu untuk mencari referensi materi pelajaran di internet. Jika tidak kita pantau, alih-alih mencari referensi materi pelajaran di internet, mereka malah asyik memainkan game online-nya.
Guru juga diharapkan untuk melek teknologi. Beberapa aplikasi yang disediakan di internet, khususnya smartphone, bisa digunakan sebagai pendamping buku untuk menambah referensi. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, beberapa aplikasi, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), bisa dijadikan referensi penting. Dengan demikian, jika guru dan siswa mampu memaksimalkan perangkat teknologi (smartphone) dengan baik, proses pembelajaran di kelas akan berlangsung dengan lebih baik dan mudah.
Setyanjono, S. Pd.
Guru SMK Negeri 2 Sragen