JATENGPOS.CO.ID, SUKOHARJO – Terjadinya resistensi bakteri patogenik terhadap antibiotik yang sudah ada, atau tidak mempannya lagi sejumlah antibiotik, mendorong peneliti mencari sumber antibiotik baru.
Seperti penelitian yang dilakukan dosen Prodi Kesmas FIK UMS, Ambarwati, ia berhasil menemukan Streptomyces Cemorosewuensis, yakni bakteri baik yang mampu menghasilkan antibiotik terbanyak, yakni 75-80 persen.
“Penelitian ini merupakan desertasi dari program doktoral yang saya tempuh di UGM, dengan penelitian berjudul ‘Karakteristik molekular dan senyawa bioaktif Streptomyces dari Rhizhozfer rumput teki di dataran tinggi cemoro sewu, Magetan’. Kami namakan temuan ini Streptomyces Cemorosewuensis,” kata Ambarwati saat rilis, di UMS, Sukoharjo, Senin (24/2).
Dijelaskan Ambarwati, penelitian desertasinya dilakukan selama tiga tahun, dengan bimbingan Prof Triwibowo Yuwono, Prof Sukarti dan Prof Subagus Wahyuono, dari UGM, Jogjakarta.
Bahkan atas kerja keras penelitian tersebut, membuahkan nilai desertasi yang diraih Ambarwati dengan nilai maksima IPK 4.0.
“Streptomyces Cemorosewuensis didapat dari tanah yang menempel di akar suker teki yang hidup di sekitar Cemorosewu. Memang rumput teki merupakan gulma yang banyak manfaat,” imbuhnya.
Ambarwati mengatakan Streptomyces Cemorosewuensis yang ditemukan merupakan temuan dasar, masih harus diimplementasikan dengan ilmu terapan dari penelitian farmasi, untuk menjadikan Streptomyces Cemorosewuensis bermanfaat langsung untuk penanganan penyakit.
Atas hasil temuan Streptomyces Cemorosewuensis, yang merupakan temuan baru, Rektor UMS Prof Sofyan Anif menyambut baik, dan siap menindaklanjutinya.
“Kita bangga dengan capaian dari dosen UMS atas penelitian ini. Kita sudah koordinasi dengan peneliti farmasi, setelah ini agar ditindaklanjuti,” kata Rektor Prof Sofyan Anif.
Prof Sofyan mengatakan UMS memiliki Fakultas Farmasi jadi bisa segera ditindaklanjuti. Apalagi dengan tindaklanjut tersebut hasilnya akan membranding UMS agar bisa lebih berkembang. (dea/bis/rit)