JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA – Para perajin tahu dan tempe di Kota Salatiga menjerit, menyusul kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan baku utama makanan rakyat itu.Kenaikan harga yang sudah berlangsung berbulan- bulan itu kini tidak kunjung turun.
Salah seorang perajin tahu Siswanto ( 76) tinggal di Pager Indah RT 05 RW 04, Kelurahan Bugel, Salatiga mengatakan, kenaikan harga kedelai ini sudah berlangsung agak lama, namun hingga kini tidak turun-turun.
” Awalnya harga kedelai di kisaran Rp 7000 per kilo, saat pandemi kemarin naik di kisaran harga Rp 8000 hingga Rp 9000 per kilo. Namun saat ini di harga Rp 13 ribu per kilo dan tidak turun-turun lagi,” kata Siswanto saat ditemui JatengPos di tempat usahanya yang menjadi satu dengan rumahnya, Senin ( 17/10/2022).
Dengan kenaikan harga tersebut, Siswanto mengaku sangat berat untuk produksi.” Yang penting usaha jalan, karena ada babyak karyawan, pekerjaan ini untuk gantubg hidup. Demikian pulang pedagang yang dipasar juga mengandalkan setoran tahu dari saya. Kalau berhenti.produkdi kasihan, sementara kalau dilanjutkan ya biaya produksinya kok tinggi,” imbuhnya.
Untuk mensiasti agar usahanya tetap berjalan, Siswanto menaikkan harga Rp 100 per bijinya. ” Ada tahu goreng/ untuk bahan tahu isi yang biasanya harga Rp 400 per biji naik jadi Rp 500, demikian juga dengan tahu putih yang belum digoreng naik Rp 100. Meski naik, namun tetap keuntungannya mepet, karena harga minyak goreng juga naik,” katanya.
Akibat kenaikan harga kedelai ini, Siswanto mengaku juga mengurangi produksinya, bila biasanya per hari ia bisa menghabiskan antara 7 sampai 8 kuintal, kini hanya produksi antara 3 sampai 4 kuintal kedelai per hari.
Siswanto berharap agar pemerintah segera menstabilkan harga kedelai seperti semula. Karena jika tidak, akan babyak perajin tahu/ tempe yang gulhng tikar. ” Saya berharap harga kedelai stabil lagi, sehingga perajin bisa melanjutkan produksinya, ” pungkasnya.(deb)