Pada prinsipnya bahasa merupakan sarana untuk saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual seseorang. Dengan menggunakan bahasa kita dapat menyampaikan isi hati, pemikiran atau ide, serta saran dan pendapat pada orang lain. Kita dapat melihat dan mengamati perkembangan budaya suatu masyarakat/bangsa dengan mempelajari bahasanya. Dengan bahasa pula kita dapat mengukur tingkat intelektual seseorang. Semakin santun dalam berbahasa akan menunjukkan bahwa pengguna bahasa tersebut memiliki tingkat intelektual yang tinggi, sebaliknya orang yang memiliki tingkat intelektual yang rendah akan menggunakan bahasa yang kurang santun bahkan cenderung menggunakan bahasa-bahasa kasar atau kotor yang tidak lazim digunakan oleh orang kebanyakan.
Mengingat pentingnya bahasa bagi kehidupan manusia maka pembelajaran bahasa harus ditanamkan sejak dini kepada anak didik melalui pembiasaan penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa itu sendiri. Jika anak telah memahami penggunaan bahasa yang baik dan benar sejak usia dini, maka anak akan terbiasa menggunakan bahasa yang benar tersebut dalam bertutur sapa, berpendapat atau memberikan saran serta memberikan tanggapan atas suatu masalah dengan menggunakan bahasa yang santun.
Proses pembelajaran bahasa di sekolah yang berlangsung selama ini cenderung teoritis yang menuntut siswa memahami teori-teori kebahasaan, bukan mempelajari bagaimana menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Dengan demikian pembelajaran bahasa yang seharusnya menarik dan menyenangkan seringkali justru menjadi pembelajaran yang sulit dan membosankan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan seorang guru dalam merencanakan, melaksanakan, serta mengorganisasikan proses pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan oleh Suciati berikut ini : “ Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan sendirinya, tetapi guru harus menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal.”(Suciati : .5.17) Berdasarkan pendapat tersebut guru menjadi sangat dominan untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.
Agar pembelajaran dapat mencapai keberhasilan secara optimal, seorang guru harus mampu merencanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Namun, rencana yang telah disusun dengan rapi, kegiatan pembelajaran terorganisir dengan baik, pada kenyataan di lapangan sering kali terbentur oleh beberapa permasalahan yang menghambat keberhasilan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai oleh siswa secara optimal. Guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran sudah seharusnya segera tanggap dan mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran.
Timbulnya masalah dalam pembelajaran, juga pernah penulis alami ketika melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI SDN Pudakpayung 01 Kecamatan Banyumanik Semarang pada kompetensi dasar “Menemukan makna intrinsik suatu teks melalui membaca itensif”. Sebagai seorang guru penulis telah melaksanakan pembelajaran sesuai prosedur, namun harapan untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal tersebut dapat dilihat dari temuan di lapangan bahwa pada pembelajaran sebelumnya dari 45 siswa kelas VI ternyata hanya 14 siswa yang mampu memperoleh nilai sesuai KKM yang ditentukan, yakni dengan memperoleh nilai 70 ke atas. Oleh karena itu, penulis tergerak hatinya untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Alternatif pemecahan masalah yang akan penulis terapkan untuk mengatasi kegagalan pembelajaran adalah dengan menggunakan teknik Guided Reading sebagai bagian dari Whole Language dan dengan menggunakan sumber belajar berupa majalah, koran, buku cerita yang ada di perpustakaan sekolah.
Setelah melalui pengkajian terhadap nilai hasil tes formatif yang diperoleh siswa selama proses perbaikan pembelajaran dari siklus ke siklus dan pengolahan data hasil pengamatan observer dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa pembelajaran dengan pola guided Reading dalam peningkatan keterampilan siswa menemukan makna intrinsik dari suatu teks melalui membaca intensif dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran. Hal ini terbukti bahwa setelah melalui guided reading respon siswa terhadap pembelajaran meningkat.
Rahmawati, S.Pd
Guru Kelas 6 SDN Pudakpayung 01, Kec. Banyumasik. Semarang