Guru SIT Sulap Karakter Siswa?

Agus Margiyanto, S.Pd Guru SMP Negeri 2 Karangmalang, Sragen
Agus Margiyanto, S.Pd Guru SMP Negeri 2 Karangmalang, Sragen

Krisis karakter masih banyak kita jumpai pada siswa kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja,  penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain. Hal ini merupakan dampak dari fokusnya pendidikan kita pada domain kognitif saja, tanpa atau sedikit memperhatikan aspek afektif  dan aspek psikomotorik. Pendidikan  terlalu fokus pada penerapkan pengajaran tentang bagaimana mengenal dan memahami suatu masalah dan persoalan tanpa mengerti, mengahayati, menerapkan ajaran-ajaran posistif serta keteladanan dari para pendidik dalam memberikan pengajaran dan pendidikan. Maka salah satu elemen yang dibutuhkan dalam mengatasi permasalahan karakter siswa adalah keteladan guru dalam memberikan pengajaran dan pendidikan. Dan guru Sekolah Islam Terpadu (SIT) patut menjadi acuan dalam hal ini.

SIT  di berbagai daerah, tidak bisa dipandang sebelah mata setidaknya pada saat sekarang ini. Baik di jenjang TK, SD, SMP maupun SMA. Indikasinya hampir semua SIT mampu menyedot siswa. Ini membuktikan betapa sekolah islam terpadu begitu diminati oleh masyarakat. Mengapa? Tentu ada banyak faktor yang menyebabkan sekolah islam terpadu diminati, salah satu faktornya adalah produk dari SIT telah terbukti berprestasi dan memiliki karakter yang kuat dan  dalam hal ini guru SIT disinyalir memberikan peranan yang utama.

Baca juga:  Google Earth Bantu Siswa Kenali Kondisi Lingkungan

SIT tidak sekedar mengutamakan  mengajarkan pengetahuan, tetapi juga memadukan dengan pendidikan agama dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. SIT tidak cukup hanya sekedar memastikan murid-muridnya sholih/ah di sekolah, tetapi bahkan dituntut keterpaduan orang tua untuk bersama-sama memantau dan memastikan putra-putrinya sholih/ah dimanapun ia berada. Guru di SIT maka tidak cukup hanya sekedar menyampaikan pengetahuan  maupun  materi agama saja, tetapi juga dituntut senantiasa menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik)  dimanapun ia berada.

                Tuntutan demikian mestinya bukan sekedar karena tuntutan sekolah, tetapi merupakan kesadaran pribadi guru untuk senantiasa memadukan antara  ucapan  dengan tindakan. Oleh karena itu, maka kegiatan taklim atau pendidikan yang rutin adalah keniscayaan untuk senantiasa menguatkan diri agar tetap istiqomah menjadi teladan dalam akhlakul karimah. Taklim juga dalam rangka menambah pengetahuan agama sehingga akan meningkatkan kualitas diri sebagai  sosok yang tidak sekedar menjadi guru tetapi juga sebagai sosok “ ustadz/ah”.

iklan
Baca juga:  Tingkatkan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Melalui Supervisi Edukatif Kolaboratif.

                Al  Qur’an adalah  pedoman seorang muslim termasuk bagi  guru SIT. Maka tidak cukup sekedar mengajarkan membaca al qur’an bagi santri-santrinya , tetapi senantiasa menjadi teladan untuk membiasakan diri membaca al qur’an  baik di  hadapan santri maupun ketika di rumah dimana santri tidak melihatnya. Dan ini berlaku semua semua guru-guru, bukan guru agama saja.

                Salah satu aktivitas “unggulan” seorang muslim adalah menghapal al qur’an. Guru islam terpadu (tidak hanya guru “agama”) ditunutut memiliki program menghapal al qur’an. Program menghapal bisa bersifat pribadi atau program bersama/program sekolah. Setidaknya untuk guru SIT  di Sekolah Dasar, bisa hapal juz’amma. Terkhusus guru agama di tambah dengan hapalan Al Qur’an yang lainnya.

Baca juga:  Model Master Cheff Tingkatkan Keterampilan Tata Boga Siswa SMK Negeri 3 Purworejo

                Demikianlah guru SIT menjadi sosok yang syamil atau menyeluruh. Sosok yang terpadu. Terpadu antara ilmu dan iman, ucapan dan tindakan. Guru SIT menjadi teladan dalam ucapan dan tindakan, Guru SIT senantiasa menjaga keimanannya dengan pendidikan atau taklim rutin, Guru SIT membaca, menghapal dan mengaktualisasikan Al Qur’an sebagai sumber nilai-nilai kebaikan.  Sosok yang menyeluruh ini lah yang kiranya menjadi faktor utama terbentuknya siswa yang berprestasi dan berkarakter.

Agus Margiyanto, S.Pd

Guru SMP Negeri 2 Karangmalang, Sragen

iklan