JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN – Monopoli bisnis telur oleh perusahaan besar dikeluhkan para peternak telur di wilayah Eks Karisidenan Surakarta. Terutama soal harga yang anjlok hingga sulit menutup biaya produksi. Selain itu ada dominasi perusahaan besar terkait produksi telur.
Salah satu peternak ayam petelur asal Sragen, Sunarsih menyampaikan harga telur tidak stabil dan cenderung anjlok. Sehingga tidak sebanding atas harga telur yang dijual dengan pakan ternak yang tinggi. Sehingga biaya selama proses produksi hingga produk telur dilepas tidak berimbang.
Pihaknya berharap pemerintah pusat untuk membuat regulasi yang membatasi perusahaan besar dalam hal produksi. Karena sebelumnya perusahaan besar hanya terbatas pada pullet ayam petelur dan pakan. Namun saat ini produksi telur juga sudah dikuasai perusahaan besar.
”Jadi kami yang kecil ini kewalahan untuk menjual hasil produksi kami. Kalaupun bisa dijual, tidak sebanding dengan harga pakannya. Kalau harga Rp 19-20 ribu per kilogram, kita baru bisa ngangkat pakan. Kalau saat ini dari kandang. Harganya pernah tinggi sampai Rp 24 ribu, tapi juga sempat anjlok sampai Rp 16 ribu. Kalau saat ini belum ngangkat, baru sekitar Rp 17,5 tibu untuk daerah operasi Soloraya,” ujar Sunarsih, kemarin.
Dia menyampaikan sebagian besar pulau Jawa punya permasalahan yang sama. Meski harga pakan ternak turun pun belum banyak membantu. Selama perusahaan besar masih dominan untuk produksi telur.(ars)