JATENGPOS.CO.ID, Kebijakan full day school yang ditetapkan pemerintah menuai banyak pro dan kontra. Baik berasal dari pakar dan pelaku pendidikan, orang tua, masyarakat maupun peserta didik sebagai sasaran langsung dari kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah. Lamanya jam belajar di sekolah serta padatnya materi pelajaran yang harus diterima peserta didik menjadi hal pertama yang dirasakan. Ditambah lagi ketika kondisi fisik peserta didik sedang tidak fit dan harus mengikuti proses pembelajaran dari pagi hingga sore hari untuk peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Kemudian, jika tujuan ditetapkannyakebijakan full day school justru dirasa semakin menambah beban belajar peserta didik di sekolah maka apa yang dapat dilakukan guru agar dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna sekaligus menyenangkan?
Ketika peserta didik mengikuti proses pembelajaran di kelas, dapat dikatakan otak akan bekerja untuk dapat menyerap materi yang diberikan guru. Sementara itu, otak manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Hanya sedikit orang yang dapat memaksimalkan kemampuan otaknya. Jika dapat diumpamakan otak sebagai pengontrol seluruh aktifitas dalam tubuh, maka peran otak sangatlah penting ketika peserta didik mengikuti proses pembelajaran di kelas. Namun, otak manusia sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang diterima. Tidak jarang peserta didik tidak konsentrasi, memikirkan hal diluar materi pelajaran, malas mengerjakan tugas dari guru serta ketika merasa jenuh maka peserta didik akan melakukan aktivitas lain diluar pembelajaran. Hal tersebut menjadikan proses pembelajaran menjadi tidak kondusif.
Kondisi fisik juga berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas.Sama halnya dengan otak manusia. Kemampuan fisik manusia memiliki keterbatasan.Selain karena faktor kesehatan, fisik akan mengalami kelelahan setelah melakukan kegiatan yang banyak bahkan berlebih. Kondisi semacam ini dirasakan peserta didik ketika jam pelajaran telah melewati waktu siang hari. Banyak peserta didik yang lesu, mengantuk dan tidak bergairah ketika mengikuti pembelajaran pada jam-jam terakhir. Alasan yang sering muncul bahwa peserta didik lelah, tidak menyukai pelajaran, tidak suka pada guru yang mengajar, materi pelajaran sulit dipahami dan proses pembelajaran yang monoton. Sementara teman yang gaduh di kelas, teman yang mengobrol ketika guru menjelaskan materi pelajaran serta kondisi kelas yang panas menjadi faktor eksternal yang menjadi sebab peserta didik tidak bersemangat di jam-jam terakhir.
Menciptakan pembelajaran yang bermakna sekaligus menyenangkan sangatlah mudah. Gaya belajar peserta didik yang berbeda antara satu dengan lainnya dapat dijadikan senjata pertama untuk pembelajaran yang menyenangkan. Gaya belajar visual, auditori dan kinestetik yang dimiliki tiap peserta didik menjadikan proses penyerapan materi pembelajaran akan berbeda pula. Maka, guru dapat mengemas materi pelajaran yang mengandung unsur gaya belajar tersebut. Media pembelajaran yang menarik dimana terdapat unsur tulisan, suara dan gerakan akan menarik peserta didik untuk memperhatikan materi pelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan kondusif serta materi pelajaran akan mudah diserap peserta didik.
Ketika peserta didik merasa over load dengan semua proses pembelajaran yang dilakukan dari pagi hingga siang hari, maka ajaklah peserta didik untuk rileks sejenak. Guru dapat melakukan ice breaking sebagai amunisi pembangkit semangat siswa di jam-jam terakhir pembelajaran. Lakukan gerakan-gerakan peregangan sebagai langkah awal agar peserta didik merasa rileks. Putarkan musik rileksasi jika memungkinkan. Dapat pula dengan memutar video motivasi atau ajaklah peserta didik untuk melakukan permainan sederhana. Gunakan waktu 5 sampai dengan 10 menit untuk melakukan ice breaking tersebut sehingga semangat siswa untuk melanjutkan pembelajaran terpompa kembali.
Libatkan seluruh peserta didik dalam proses pembelajaran baik fisik maupun pikiran agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Ajak peserta didik untuk ber-ice breaking ketika telah merasa over load, maka akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan. Dimana peserta didik akan tertarik untuk memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru serta tidak merasa terbebani ketika melalui jam-jam terakhir pembelajaran.
Mia Indah Kusumawati, S. Pd
Guru BK SMP N 6 Semarang