IGA Tingkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris

Dalam SKL Mata Pelajaran Bahasa Inggris, salah satu tujuan pembelajaran di SMP adalah siswa memiliki kemampuan mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi performative dan  functional. Maksudnya, siswa mampu membaca, menulis dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan dan diharapkan dapat menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual, dan lain-lain.

Keterampilan berbicara merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar bahasa Inggris. Dengan penguasaan keterampilan berbicara yang baik, siswa dapat mengomunikasikan ide-ide mereka, baik di sekolah maupun dengan penutur asing, dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Namun, dalam praktiknya guru Bahasa Inggris merasa kesulitan dalam mengajarkan siswa untuk terampil berbicara. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain kurangnya penguasaan kosakata, dan rasa minder pada siswa ditambah dengan teknik mengajar guru yang masih konvensional.

Berangkat dari masalah di atas, penulis mencoba untuk menerapkan teknik “Information Gap Activity” dalam proses pembelajarannya. Teknik IGA ini merupakan kegiatan yang membuat siswa aktif dan berani untuk berinteraksi dengan siswa yang lain. Siswa mendapatkan informasi dengan berusaha bernegosiasi dan saling bertanya dengan menggunakan kalimat sebanyak-banyaknya.

iklan
Baca juga:  Asyiknya Belajar dengan Aplikasi Snack Video

 “Information gap activitiy” (IGA) merupakan teknik mengajar yang menekankan pada latihan berkomunikasi. Di sini ada sepasang siswa yang harus berbagi informasi antara satu dengan yang lainnya secara lisan untuk melengkapi informasi yang tidak ada di masing-masing siswa. Para siswa dikelompokkan secara berpasangan, kemudian guru membagikan dialog, gambar atau bentuk-bentuk lain yang memiliki informasi berbeda. Para siswa melakukan tanya jawab berhubungan dengan informasi yang telah diterima.

Ada beberapa variasi teknik ini, di antaranya “Describe and Draw” dan “Find the Differences”. Penulis telah mengaplikasikan jenis teknik yang kedua. Tahapan pertama yang dilakukan adalah menyiapkan input. Guru membimbing siswa dalam mengartikan dan melafalkan kosakata baru yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Tahapan yang kedua adalah membentuk kelompok. Guru membagi siswa ke dalam pasangan-pasangan yang kemudian dikelompokkan. Pasangan ini terdiri dari 1 siswa A dan 1 siswa B. Siswa putri yang berlabel A ditempatkan ke dalam kelompok besar, demikian juga siswa putri yang berlabel B. Siswa putra juga mendapat perlakuan yang sama. Jadi ada empat kelompok besar. Bagian pertama kegiatan ini diselesaikan dalam empat kelompok besar ini. Dan bagian kedua kegiatan ini, siswa A dan siswa B bekerja bersama.

Baca juga:  Tingkatkan Kesadaran Norma Melalui PLH pada Pembelajaran PPKn

Tahapan yang ketiga yaitu memahami tugas. Guru membagikan gambar-gambar yang digunakan dalam IGA. Ada dua gambar A dan B yang berisi informasi yang berbeda namun dengan tema yang sama. Gambar-gambar ini diberikan ke siswa yang berbeda yang nantinya akan bekerja sama melengkapi informasi bersama. Dan tahapan yang terakhir adalah mempresentasikan tugas. Guru memastikan semua siswa memahami isi gambar dan menyiapkan bantuan jika seseorang tidak dapat menjawab atau memecahkan masalah. Pada bagian ini, siswa bekerja dengan grupnya menyusun pertanyaan yang mungkin dan menyediakan pernyataan yang mungkin dalam masing-masing gambar. Siswa A bertemu dengan pasangannya siswa B untuk bertukar informasi dengan saling bertanya dan menjawab untuk melengkapi informasi gambar.

Baca juga:  Role Play Mudahkan Pahami Koordinat Kartesius

Berdasarkan pengalaman penulis, teknik ini begitu interaktif, siswa tidak merasa bosan karena mengalami beberapa tahapan yang melibatkan tidak hanya aspek kognitif saja, tetapi juga psikomotor sekaligus afektifnya juga.

Dengan terasahnya ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam menanya dan merespons, membuat keterampilan berbicara meningkat dan rasa percaya diri ikut terangkat. Dengan demikian Teknik IGA ini berhasil menggugah keengganan siswa untuk berbicara dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu marilah kita gali potensi siswa kita dengan menyuguhkan variasi metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

Nosy Widyastuti, S.S

Guru SMP 2 Jati Kudus

iklan