JATENGPOS.CO.ID, – Sulit, itulah yang terlontar dan dirasakan oleh sebagian besar siswa jurusan persiapan dan produksi grafika di SMK N 11 Semarang ketika mengikuti pelajaran kimia. Dikatakan sulit karena materinya berkutat dengan rumus-rumus kimia dan perhitungan stoikiometri. Siswa harus menghafal nomor atom dari unsur-unsur senyawa, yang mereka sendiri tidak tahu seperti apa senyawa tersebut. Materi kimia yang mereka pelajari sangat abstrak karena dalam pembelajarannya jauh dari kegiatan praktikum, karena minimnya laboratorium kimia yang ada. Materi kimia yang diajarkan jauh dari hal-hal yang sebenarnya sangat dekat dengan anak, namun karena pembelajarannya hanya sebatas dilakukan di dalam kelas dengan teori-teori abstrak dan cenderung berpusat pada guru, menyebabkan kimia dianggap sebagai materi yang sulit dicerna oleh siswa.
Jurusan persiapan dan produksi grafika yang mempelajari tentang percetakan sebenarnya sangat lekat dengan ilmu kimia. Ketika siswa melakukan pekerjaan fotorepro yaitu mengubah gambar di kertas menjadi gambar di plating memerlukan pengetahuan yang baik tentang bahan-bahan yang digunakan, bagaimana proses penyimpanan, cara kerjanya yang tidak lepas dari proses kimiawi. Ketika siswa melakukan proses mencetak menggunakan mesin offset, siswa harus mampu menyimpan plating secara baik, agar dapat digunakan kembali ketika diperlukan. Mereka harus mengetahui proses oksidasi, yang sangat lekat dengan ilmu kimia. Ketika melakukan proses sablon, siswa akan berhubungan dengan bahan-bahan cat dan bahan kimia lainnya, sehingga mereka harus mengetahui dan mengaplikasikan keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Pengolahan limbah yang dihasilkan dari proses mencetak juga perlu diketahui dan benar-benar diterapkan oleh siswa agar tidak mencemari lingkungan, yang memerlukan ilmu kimia lingkungan yang baik.
Namun sayangnya pelajaran kimia yang tercantum di kurikulum SMK cenderung pelajaran kimia layaknya di SMA dan kurang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan jurusan-jurusan yang dipelajari. Idealnya kurikulum kimia untuk SMK bidang grafika lebih lekat dengan pengetahuan dan praktik yang berkaitan erat dengan percetakan. Oleh karena itu perlu adanya komunikasi yang baik antara guru produktif dan guru kimia untuk duduk bersama membahas kurikulum yang tepat atau mensinkronkan antara kurikulum yang ada dengan kebutuhan materi kimia yang sesuai dengan jurusan grafika.
Integrasi kimia dalam grafika merupakan kegiatan yang tepat untuk memfasilitasi kebutuhan grafika dalam ilmu kimia, sehingga materi kimia lebih lekat dengan kebutuhan siswa di jurusan grafika. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk kegiatan tersebut antara lain: 1) melakukan sinkronisasi antara kurikulum kimia dengan kurikulum grafika terutama pada pelajaran fotorepro, sablon dan pengolahan limbah. 2) membuat bahan pelajaran berdasarkan hasil sinkronisasi namun tidak mengurangi muatan materi yang tercantum di kurikulum kimia yang diterbitkan oleh pemerintah. 3) mengimplementasikan pembelajaran kimia dengan mengenalkan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan dunia percetakan dari aspek kimiawinya sehingga ketika siswa dapat menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di saat melakukan kegiatan praktik fotorepro, sablon maupun pengelolaan limbah. 4) Mengimplementasikan kegiatan praktik kimia yang terintegrasi dengan kegiatan praktikum di jurusan grafika. Guru kimia dan guru produktif dapat melakukan pengajaran secara kolaboratif. Ketika berkaitan dengan karakteristik bahan ditinjau dari kimia dan unsur-unsurnya, peran guru kimia lebih dominan, dan ketika kegiatan praktik grafika yang menerapkan bahan-bahan kimia tersebut, maka guru produktiflah yang lebih dominan. Dari kegiatan tersebut diharapkan kimia tidak semakin menjauh dan abstrak di benak siswa, namun semakin dekat dan memiliki nilai guna di jurusan. Selamat mencoba (Guru Kimia, SMK N 11 Semarang).