JATENGPOS.CO.ID, – Dalam proses pembelajaran, peran guru sangatlah penting. Buktinya, apabila ada siswa yang menyukai guru tertentu, maka siswa tersebut akan antusias dan bersemangat dalam menerima pelajaran. Dan hal ini akan berimbas pada hasil belajar siswa bisa dilihat salah satunya dari nilai yang diperolehnya. Agar ada hubungan timbal balik yang menguntungkan bagi siswa dan guru, diharapkan guru dalam mengajar, mendidik, membimbing, dan bersosialisasi dengan siswa mempunyai kemampuan dan cara yang bisa membuat siswa antusias dalam pembelajaran. Guru harus memiliki strategi tersendiri agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu dari strategi pembelajaran yaitu guru harus mampu menyajikan dan menguasai teknik-teknik penyajian pembelajaran yang biasa disebut dengan metode mengajar atau metode pembelajaran.
Sekarang ini makin banyak metode pembelajaran, kadang dalam satu kali pembelajaran menggunakan lebih dari satu metode. Tujuannya agar siswa lebih mudah menerima, dan memahami materi pelajaran yang diberikan. Guru juga harus pintar memilih metode apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Jangan sampai salah menggunakan metode, bukan pemahaman yang didapat siswa tapi malah semakin membingungkan siswa. Sebisa mungkin siswa merasa santai dan benar-benar menikmati pembelajaran. Ciptakan suasana yang menyenangkan tidak hanya bagi siswa tetapi untuk guru juga. Karena guru kadang terbebani harus menggunakan metode pembelajaran tertentu sedangkan merasa tidak sesuai. Untuk itulah dibutuhkan keahlian tersendiri dalam menentukan metode pembelajaran, tentu saja agar tujuan pembelajarannya tercapai. Yang perlu diperhatikan bahwa setiap siswa mempunyai karakter bermacam-macam dengan keunikan masing-masing. Jumlah siswa juga berbeda-beda ada yang kelas kecil, kelas sedang, dan kelas besar. Dengan melihat jumlah siswanya guru bisa membuat metode pembelajaran yang sesuai apakah dengan diskusi, tutor sebaya, TGT, ceramah, Role Playing, NHT,atau metode yang lainnya.
Diantara berbagai macam metode ada metode role playing (bermain peran). Sesuai namanya tentu saja siswa dalam kegiatan pembelajaran harus bermain peran, bermain drama. Siswa bisa berperan sesuai tokoh yang sudah disepakati. Tujuan dari role playing diharapkan siswa dapat memahami perasaan, jiwa, dan toleransi dari tokoh yang diperankan. Dengan peran yang dimainkan siswa harus mampu melakukan kerjasama, menghadapi permasalahan, perundingan, dan akhirnya didapatkan keputusan bersama. Dalam melaksanakan metode role playing ada beberapa langkah yang harus diperhatikan. Diantaranya memilih tema yang sedang viral atau sedang ramai dibicarakan orang tentu saja disesuaikan dengan pelajarannya, guru juga terlibat aktif menceritakan sambil mengatur adegan, siswa dikelompokkan kemudian diberikan peranan masing-masing atau jika siswa mampu boleh memilih peran yang diinginkan, guru menjelaskan tentang peran yang akan dimainkan siswa sebaik-baiknya agar siswa paham tugasnya bisa menguasai masalah antara dialog dan mimik muka bisa sesuai. Jika role playing ini sudah dalam situasi klimaks maka pemecahan masalah bisa didiskusikan secara umum. Di sini peran penonton (siswa yang tidak mendapat jatah peran) punya kesempatan untuk berpendapat, menilai permainan yang ditampilkan sehingga siswa tetap bisa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di akhir pembelajaran dengan role playing guru bersama-sama dengan siswa melakukan diskusi dan tanya jawab sesuai materi pelajaran.
Metode role playing jika tidak menguasai justru malah bisa menyimpang dari tujuan pembelajaran. Untuk itu guru benar-benar mempersiapkan metode ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai dengan role playing ini menimbulkan prasangka yang tidak baik, dendam, bahkan bisa menyangkut ras dan agama. Tetapi role playing ini sering digunakan untuk materi pelajaran tertentu salah satunya pada ilmu ilmu sosial ataupun bahasa .dengan role playing siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran, dapat menempatkan diri, dapat merasakan perasaan dan mengakui pendapat orang lain, sehingga akan menimbulkan sikap menghormati, menghargai, dan toleransi. Diskusi juga semakin hidup, karena penonton tidak pasif tetapi aktif mengamati , memberikan pendapat, memberi kritik dan saran.