Kerap sekali kita mendengar istilah “Revolusi Industri 4.0”, sebuah kata yang muncul dan dipopulerkan belakangan ini pada saat masyarakat dunia memasuki era milenium baru. Industri 4.0 adalah nama trend dari sistem otomatisasi industri, dimana terdapat pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. (Budhi S, 2018). Menjawab tantangan revolusi industri 4.0 dunia pendidikan harus melakukan perubahan metode pembelajaran di sekolah, pertama yang fundamental adalah merubah sifat dan pola pikir anak didik, kedua bisa mengasah dan mengembangkan bakat anak dan yang ketiga lembaga pendidikan harus mampu mengubah model belajar disesuaikan dengan kebutuhan jaman. Salah satu model pembelajaran yang mampu menjawab tantangan revolusi industri adalah Production Based Education and Training (PBET).
Model Production Based Training/Production Based Education and Training (PBET) merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi. Model pembelajaran PBET ini sangat cocok diterapkan di Sekolah Mengangah Kejuruan (SMK) terutama pada mata pelajaran Agribisnis Ternak Ruminansia Perah pada Kompetensi Dasar (KD) membuat pengolahan hasil susu. Di dalam pembelajaran ini peserta didik melakukan perencanaan produk susu yang akan dibuat, melaksanakan proses produksi, melakukan pemasaran produk susu dan melakukan evaluasi hasil produksi dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan industri pengolahan susu.
Model Production Based Training/Production Based Education and Training (PBET) memfokuskan pada potensi peserta didik dalam hal berpikir kreatif, inovatif dan terampil dengan menggunakan teknologi informasi masa kini. Hal ini dapat dilihat dari proses perancanaan produksi yang memberikan ruang peserta didik untuk memberikan ide atau gagasaan yang kreatif dan inovatif sesuai dengan potensi wilayah. Peserta didik juga terampil dalam menggunakan mesin-mesin industri dalam pengolahan susu dan terakhir peserta didik dapat menggunakan media komunikasi dalam memasarkan produknya.
Production Based Training/Production Based Education and Training (PBET) juga memperhatikan optimalisasi, efisiensi, kelestarian/ sustanibility agar mampu menggambarkan suatu pola agribisnis yang terpadu, mengedepankan nilai-nilai kependidikan, dan bisnis. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan PBET adalah 1. Berorientasi dan menyesuaikan dengan lingkungan hidup yang meliputi: lingkungan biologis, lingkungan geografis termasuk kedekatan dengan kegiatan ekonomi, lingkungan sosial dan ekologis. 2.. Mempertimbangkan kebutuhan masa yang akan datang (perkembangan IPTEK, kelestarian lingkungan/sustainability dan kesejahteraan masyarakat). 3. Mempertimbangkan aspek ekonomi, bahwa program yang dikembangkan harus mampu mendorong tumbuhnya perekonomian daerah, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekolah.
Adanya model pembelajaran PBET dapat melejitkan kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta kemampuan kerjasama sesuai tuntutan organisasi kerja peserta didik di dalam era revolusi industri 4.0.
Siti Muyasaroh, S.Pt., M.Sc
SMK N 2 Sukoharjo