Manajemen Transisi Ala Tri Suaka

Indri Sri Endarwati (Mahasiswa Magister Manajemen, UNS) dan Mugi Harsono (Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis, UNS)

Penulis : Indri Sri Endarwati (Mahasiswa Magister Manajemen, UNS) dan Mugi Harsono (Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis, UNS)

“Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia”, itulah yang pernah diucapkan Soekarno atas harapannya kepada pemuda Indonesia nantinya.

Dua generasi yang mendominasi Indonesia saat ini adalah Generasi Z 27,94% dan Generasi Milenial 25,87% sedang berlomba-lomba untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuannya, hingga terkadang lupa sebuah kata perubahan.

Harus diingat dunia saat ini telah mengalami berbagai macam perubahan dari segi teknologi, sosial, politik maupun budaya. Perubahan ini dilakukan semata-mata karena adanya motivasi dan kebutuhan atau ancaman. Seperti kisah pemuda asal Batu Raja, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, Tri Aji Suaka, dikenal dengan nama Tri Suaka.

iklan

Lompatannya patut dicontoh atas keberaniannya melakukan perubahan, memutuskan untuk merantau ke Yogyakarta setelah gagal mengikuti seleksi menjadi anggota polri. Tujuannya untuk merubah kehidupannya. Semuanya dimulai dari mengamen, menjadi penyanyi di Cafe-cafe daerah jogja, hingga ia memutuskan untuk berkecimpung dalam dunia YouTube di tahun 2018 dengan Tri Suaka Channel.

Baca juga:  Aset Hotel Tonotel Bukan Harta Pailit, Kuasa Hukum: Upaya Penyegelan Melanggar Hukum

Channel ini awalnya hanya menyajikan seputar dunia permusikan, namun sebagai seorang konten kreator dituntut untuk selalu berinovasi, maka diperlukannya sebuah manajemen transisi agar perubahan dalam kontennya berjalan sesuai dengan harapan para subscriber.

Manajemen transisi adalah perpindahan keadaan dari keadaan yang ada saat ini ke keadaan masa depan yang diinginkan (Cummings & Worley, 2015).

Tiga point utama dalam manajemen transisi adalah perencanaan aktivitas, dijadikan sebagai peta jalan untuk melakukan perubahan, dengan melibatkan kegiatan tertentu (Cummings & Worley, 2015), agar tidak dianggap terlalu monoton Tri Suaka harus berpikir keras agar channelnya banyak peminat.

Hingga, diputuskanlah konten music prank yang biasanya dilakukan di cafe-cafe kawasan jogja. Ciri khas konten ini diawali dengan berpura-pura tidak bisa menyanyi, suara fals agar audiencenya kecewa dan emosi, tapi akhir yang diberikan sangat mengagumkan berkat suaranya yang mirip Ariel Noah.

Baca juga:  Resmikan Kantor Baru dan Gelar Rapimprov, Kadin Jateng Dorong Ciptakan Stabilitas Ekonomi di Tahun Politik

Point kedua adalah perencanaan komitmen, memerlukan komitmen dari orang-orang yang terlibat didalamnya untuk merumuskan strategi dalam mencari dukungan (Cummings & Worley, 2015) setelah mendapatkan manuver yang disukai oleh penonton setia, tim kreatif channel ini berkomitmen senantiasa menyajikan konten dengan menambah improvisasi gombalan-gombalan pada target perempuan agar lebih greget.

Point terakhir, perubahan struktur manajemen, tujuan proses ini agar perubahan yang sudah terjadi bisa dikelola dengan baik dan orang-orang yang memiliki power bisa ikut mempromosikan perubahan serta memandu proses perubahan (Cummings & Worley, 2015), adanya pandemi Covid-19 konten musik prank mulai dikurangi diganti dengan performancenya tampil di Joglo Lawas atau Alun-Alun Utara bersama rekan musisi jogja project.

Tri Suaka didampingi oleh Zinidin Zidan dan Nabila Maharani untuk berkolaborasi. Banyak lagu yang mereka bawakan dengan epik, terbukti dari viewers sekitar 1 jt sampai 23 jt viewers. Puncaknya, ketika mereka menyanyikan lagu Buih jadi Permadani menjadi viral di platform YouTube, facebook, ataupun Tik tok.

Baca juga:  Dampak Kecelakaan Madukoro, 9 Perjalanan Kereta Api Terhambat

Berkat viralnya mereka sekarang telah melambungkan nama Yogyakarta sebagai destinasi wisata musik. Mulai dari musisi terkenal hingga wisatawan biasa sengaja datang ke Yogja untuk menyaksikannya. Semua perubahan yang dilakukan ini harus senantiasa melibatkan pembelajaran selama perubahan, yang tujuannya untuk memberikan hasil yang terbaik dan selalu berinovasi.

Terkenalnya Tri Suaka dan Musisi Jogja Project ini seharusnya bisa menjadi moodboster bagi musisi-musisi didaerah lain untuk berani mempublish karya karyanya di publik. Terlebih saat ini teknologi sangat canggih dan apapun bisa dengan cepat viral dan terkenal. Tidak akan ada yang tahu se spektakuler apa karya yang kita hasilkan jika tidak pernah tersampaikan ke khalayak umum. ***

iklan