JATENGPOS.CO.ID, – Pelajaran matematika indentik dengan mata pelajaran yang sulit bagi siswa. Pelajaran yang di dominasi oleh angka, rumus dan hitung menghitung itu kerap membuat para pelajar mengernyitkan dahi dan pusing saat menghadapinya. Bisa jadi pelajaran yang menakutkan bagi siswa. Pemikiran awal yang seperti itu lah jelas mempengaruhi terhadap penguasaan matematika seseorang karena sebelumnya sudah ada rasa takut tidak bisa memahami pelajaran matematika. Mereka sudah terlebih dulu tidak tertarik dengan matematika sebelum mencobanya.
Menurut banyak orang bahwa matematika itu pelajaran yang sulit sehingga anak-anak beranggapan bahwa matematika itu momok yang menakutkan. Apalagi kalau penampilan guru terlihat menyeramkan dan suka menghukum ketika ada anak yang tidak mengerjakan tugas atau tidak paham dengan beberapa materi, juga menjadi salah satu penyebab anak-anak tidak menyukai matematika. Sehingga tugas kita sebagai pendidik menumbuhkan sikap percaya diri pada anak agar tak memandang pelajaran matematika itu susah dan menakutkan, bahkan mereka mampu menyelesaikanya.
Banyak anak-anak yang enggan belajar matematika. Berilah kesempatan pada anak-anak untuk belajar matematika dengan asyik dan menyenangkan.Untuk mempermudah atau menarik anak-anak agar mau belajar matematika, maka media yang akan digunakan harus dekat dengan dunia anak-anak terutama untuk anak-anak ditingkat sekolah dasar (SD) agar bisa menumbuhkan semangat dan antusias anak-anak untuk belajar matematika. Karena matematika yang bersifat abstak yang tidak dapat dilihat bentuk dan rupanya dan hanya angka semata maka kita kait dengan kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkret agar mudah dipahami anak-anak ditingkat Sekolah Dasar (SD).
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) harus dibuat suasana senang, nyaman dan interaktif, agar anak-anak mau dan tertarik untuk belajar matematika. Kita manfaatkan saja media disekitar kita yang disenangi anak-anak yang bisa kita kaitkan dengan pelajaran matematika. Karena masih ditingkat Sekolah Dasar (SD), kita gunakan media yang disenangi anak-anak misalnya permen. Karena permen itu sebagian besar anak-anak sangat menyukainya. Sebagai contoh kita akan membahas materi tentang pengurutan bilangan dari bilangan yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya. Permen, selain murah harganya dan juga disukai anak-anak, juga bisa kita gunakan sebagai media untuk mengurutkan bilangan dari yang terbesar ke yang terkecil atau sebaliknya.
Caranya bagi siswa menjadi beberapa kelompok, misalnya terbagi atas empat kelompok untuk mengamati. Ada empat bungkus permen dengan rasa yang berbeda-beda yang sudah dicampur jadi satu dan terdapat empat kotak untuk meletakkan permen tersebut, masing-masing kotak kita beri nama berdasarkan jenis permen tersebut, kemudian masing-masing anggota kelompok mengambil campuran dari empat permen tersebut secara acak dan kemudian memilah permen tersebut dan meletakkan pada kotak yang sesuai nama permenya.Secara bersama-sama dari masing-masing kelompok disuruh menghitung dari masing-masing kotak dan ditulis hasilnya pada lembar kerja siswa ( LKS ).
Kemudian dari masing-masing kelompok disuruh mengurutkan jumlah permen dari yang terkecil sampai jumlah yang terbesar atau sebaliknya. Dengan begitu anak-anak anak-anak akan lebih paham tentang pengurutan bilangan dari yang terkecil ke yang terbesar atau sebaliknya dengan menggunakan media permen yang sudah ada. Setelah selesai pelajaran, anak-anak disuruh menikmati permennya. Akan terlihat ekspresi bahagia anak-anak, selain semangat dalam belajar, anak-anak dapat bonus bisa menikmati permen tersebut.
Dengan dibentuknya kelompok dapat memupuk kerjasama dan antusias untuk belajar matematika. Pemanfaatan media permen bisa menumbuhkan semangat anak-anak untuk belajar matematika. Karena permen itu sangat disukai anak-anak, jadi media permen sangat cocok digunakan untuk mempermudah dan membuat anak-anak senang belajar matematika.