JATENGPOS.CO.ID, – Konsep pendidikan bertolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial dan alam kehidupannya untuk selalu hidup bersama, berinteraksi, dan bekerjasama. Pendidikan klasik dan teknologi interaksi terjadi sepihak dari guru kepada siswa, sedangkan pendidikan romantik dan progresif terjadi sebaliknya dari siswa kepada guru. Akan tetapi sekarang ini kita dituntut lebih luas yaitu pendidikan interaksional yang menekankan interaksi kedua pihak yaitu dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Selama ini pembelajaran kimia lebih berpusat pada guru yaitu menerangkan, memberi contoh, memberi latihan, memberi tugas sehingga mengakibatkan kebosanan dari siswa dan proses pembelajaran terkesan monoton selanjutnya berdampak semangat/ keaktifan siswa menurun. Dalam proses belajar mengajar, guru selalu mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tertuang dalam silabus. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa yang lebih penting adalah penguasaan kompetensi siswa, bukan semata-mata ketuntasan guru dalam menyampaikan materi ajar. Dua hal penting yang harus menjadi perhatian guru adalah bagaimana berupaya agar siswa menguasai kompetensi yang telah ditentukan dan bagaimana guru menciptakan iklim pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Salah satu usaha untuk memperbaiki proses pembelajaran kimia serta untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, yakni dengan menggunakan model pembelajaran kolaborasi yang bisa memenuhi kebutuhan belajar siswa, dan membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Metode yang dapat digunakan adalah metode kolaborasi. Kolaborasi adalah kata sifat yang menyiratkan bekerja dalam kelompok yang berisi dua atau lebih untuk mencapai tujuan bersama, dan menghormati kontribusi masing-masing individu untuk utuh.
Metode pembelajaran kolaborasi merupakan suatu strategi pembelajaran dimana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil ke arah satu tujuan, yang menggunakan interaksi sosial sebagai sarana membangun pengetahuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu antara satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan. Belajar kolaboratif menuntut adanya modifikasi tujuan pembelajaran dari yang semula sekedar penyampaian informasi menjadi konstruksi pengetahuan oleh individu melalui belajar kelompok. Dalam belajar kolaboratif tidak ada perbedaan tugas untuk masing-masing individu, melainkan tugas itu milik bersama dan diselesaikan secara bersama tanpa membedakan percakapan belajar siswa.
Metode kolaborasi merupakan salah satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. Metode kolaborasi ini dapat digambarkan sebagai suatu model pembelajaran dengan menumbuhkan kerjasama antar siswa, dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama. Berdasarkan pengamatan 91% peserta didik lebih senang belajar dengan metode kolaborasi. Dengan adanya pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para siswa dengan anggota kelompok yang heterogen, saling bekerjasama memanfaatkan kemampuan dan keterampilan satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam metode kolaborasi peran guru cenderung sebagai fasilitator, motivator, dan membimbing menemukan alternatif pemecahan bila siswa mengalami kesulitan belajar. Guru yang mengajar di kelas yang dikelola secara kolaboratif dapat melihat perkembangan siswa yang lemah dengan jelas dan terarah, sehingga bisa mendorong memaksimalkan kemampuannya untuk bertanggung jawab atas proses belajar sehingga akan menghasilkan nilai yang memuaskan.
Nova Dyah Wulanningtyas,S.Pd
Guru Kimia SMK Negeri 3 Kendal