Memimpin Perubahan Siswa

Salwianto SMK Institut Indonesia Kutoarjo
Salwianto SMK Institut Indonesia Kutoarjo

JATENGPOS.CO.ID, – Teachers plant the seeds of knowledge that last a lifetime. Ketulusan dan pengabdian guru akan diingat Sang murid dalam hidupnya.

Saat masih nyantri di perguruan Tamansiswa salah satu Kyai saya adalah Prof. Dr. Sri Edi Swasono, beliau adalah menantu Bung Hata, suami dari Ibu Mutia Hata. Pola pikirnya sangat nasionalis dan cenderung radikal. Dalam perkuliahnya, saya selalu mengambil tempat yang terdekat dengan beliau.

Salah satu pesanya “Jika ada keganjilan-keganjilan dilingkungan mu, kamu harus berani meluruskan. Itulah tugas seorang yang berpendidikan (intelektual).” Ia menceritakan perjuanganya keluar masuk Makamah Konstitusi (MK) untuk menghapus undang-undang yang sengaja di design oleh pihak-pihak tertentu untuk memiskinkan kaum pribumi.

Pesan itu terus saya ingat untuk memimpin para remaja yang saya ajar. Saat saya bertemu dengan Prof. Dr. Eng. Imam Robandi, yang ke dua kalinya, saya baru faham bahwa semua orang bisa menjadi pemimpin. Leadership is an action, not position. Modal memimpin adalah mempunyai semangat dan keikhlasan untuk berbagi. Dan untuk bisa berbagi memang diperlukan “beda potensial” dengan mereka yang kita pimpin, karena di era literasi ini semua materi yang dikuasai seorang guru bisa dicari di internet dan bahkan bisa diunduh lewat handphone. Dan jika guru tidak mau recharging pasti keteter atau bahkan disepelekan.

iklan
Baca juga:  Tingkatkan Berpikir Siswa melalui Pertanyaan Terbuka

Tetapi yang lebih penting dari pemimpin adalah bisa menularkan paradigma berfikir (mindset) yang benar dan membangun value (tata-nilai) dengan integritas yang kuat. Karena para siswa itu tidak hanya mendengar yang apa dikatakan, tetapi mereka harus milihat tindakan dan merasakan sentuhan kesugguhan sang Guru dalam membimbing. Dan disini sekali lagi saya tertegun dengan para guru saya yang memimpin dan mengawal perubahan cara berfikir dengan intergritas yang tak bisa diragukan sedikitpun. Dari beliau saya baru memahami kata-kata Lao Tzu, “To lead people, walk behind them!” karena a leader is not a boss. Boss has a title, a leader has the people. Ketika seseorang bertemu Boss, ia akan terkagum-kagum bahwa Sang Boss sangat hebat, tetapi ketika seseorang bertemu dengan leader ia akan menyadari potensi-potensi dirinya dan peran-nya untuk bisa hebat.

Baca juga:  Ada Apa Dengan Pelajar Masa Kini ?

Begitu pentingnya kepemimpinan sehingga ada African Proverb yang mengatakan, “An army of sheep led by lion can defeat an army of lions lead by sheep. Pasukan domba yang dipimpin singa bisa mengalahkan pasukan singa yang dipimpin domba. Karena dalam diri seorang pemimpinlah semua determination dan execution dilakukan.

Memimpin siswa kearah perubahan adalah tugas guru. Banyak anak remaja sekarang salah menaruh enegy, mereka terlalu sibuk dan asyik pada hal-hal yang tidak membawanya kemanapun. Bahkan tidak sedikit yang mengundang pihak-pihak asing untuk menjajah hati-nya sehingga mereka menjadi lebih banyak galau-nya. Untuk berhasil mereka perlu input pemahaman hidup yang benar. Disamping lingkungan keluarga, peran pergaulan dan guru sangatlah besar. Jika mereka salah bergaul, mereka akan mendapatkan teladan dan referensi hidup yang salah pula. We are the product of our habitat.

Diahir tulisan ini saya menyakini, ora gampang dadi guru. Guru bukanlah pekerjaan biasa. Guru adalah pengabdian kemanusiaan. Ia adalah profesi yang melahirkan profesi-profesi lainya. Jika dokter gagal ia hanya akan membunuh satu pasie-nya, jika arsitek gagal ia hanya akan merusak satu gedung-nya. Tetapi jika Guru gagal ia akan merusak generasi di negaranya. Maka tidak mengherankan ketika Nagasaki dan Hirosima luluh lantak oleh bom atom, Kaisar Jepang waktu itu hanya menanyakan ada berapa guru yang masih tersisa.

 

Baca juga:  Covid-19 : Komunikasi Pemerintah, sudah baik kah?

Salwianto

SMK Institut Indonesia Kutoarjo

iklan