JATENGPOS.CO.ID. BANDUNGAN- Ingin menikmati sensasi makan daging Kelinci, Kambing dan Belut serta Burung Puyuh dengan cita rasa yang nikmat. Warung Makan Sate Kelinci Tanto Tanti di Bandungan siap memanjakan lidah Anda untuk merasakan nikmatnya aneka menu olahan daging yang khas.
Kelinci tidak hanya untuk hiasan saja. Dagingnya sudah lama dikonsumsi masyarakat. Paling terkenal adalah dibuat Sate Kelinci. Di Kabupaten Semarang sate kelinci banyak terdapat di daerah wisata Bandungan. Karena itu, masyarakat setempat banyak yang membuka kuliner dengan bahan dasar daging kelinci.
Dari sejumlah warung sate Kelinci di Bandungan, ada satu warung makan yang memiliki variasi menu olahan daging kelinci. Yakni, warung makan Tanto Tanti di Jalan Sukorini no. 16 Kenteng, Kecamatan Bandungan atau sekitar 1 kilometer dari pasar Bandungan ke arah Candi Gedongsongo.
Warung makan sederhana ini menyediakan beragam menu olahan daging kelinci. Mulai dari sate kelinci, gule, rica-rica, tongseng, sop, hingga kelinci bakar dan goreng . Selain itu juga menyajikan rica-rica daging kambing dan sapi, juga aneka masakan berbahan dasar daging ayam.
Hampir semua sate kelinci memiliki kesamaan, yaitu daging kelinci yang dipotong kecil, ditusuk menggunakan sujen dan dibakar. Bumbunya pun hampir semua sama yaitu ada irisan cabai, bawang merah dan sambel kacang tanah. Atau bila tidak suka bumbu kacang, maka bisa diganti dengan kecap pedas, irisan kubis dan tomat. Biasanya kalau makan sate kelinci dengan bumbu kacang paling afdol ditemani lontong. Bila yang kita pilih bumbu kecap maka tepat jika memilih nasi teman menyantap.
“Kalau sate hampir semua sama yaitu dagingnya dibakar lalu disiram bumbu kacang. Resep bumbu kacangnya juga rata-rata sama dengan penjual yang lain. Bedanya di tempat kami, sebelum dibakar daging diberi bumbu dulu. Selain itu bumbu kacangnya diperbanyak kencur dan ada perasan jeruk,” tutur Lusia Lanny Hartanti yang merintis usaha warung makan tersebut sejak tahun 2005.
Selain soal bumbu dan cara membakar, Lusia Lanny Hartanti atau biasa di sapa mbak Tanti itu menerapkan seleksi kelinci yang bakal diolah. Kelinci untuk sate dipilih kelinci yang muda dengan berat 1,5-2 kilogram. Sengaja dipilih kelinci muda agar dagingnya tidak keras.
Sementara kelinci yang tua digunakan untuk masakan olahan lainnya. Kelinci tersebut disiapkan dan disembelih secara bertahap. Hal itu sengaja dilakukan untuk menjaga kesagaran daging.
Menu andalan warung makan tersebut adalah tongseng dan rica-rica kelinci. Selain itu juga disediakan gulai kepala kelinci. Rica-rica adalah kuliner asal Manado namun diolah modifikasi agar rasanya bisa lebih njawani, sehingga olahan rica-rica lebih banyak merica dan gula. Sehingga yang muncul adalah rasa pedas dan manis.
Bahkan kepala kelinci juga dijual dalam bentuk segar. Sejumlah masyarakat banyak memesan kepala kelinci yang dimanfaatkan untuk pengobatan. Para konsumen mengaku mendapatkan resep dari dokter yang menyarankan mengkonsumsi otak atau daging kelinci untuk mendongkrak kesuburan wanita dan pengobatan paru-paru.
“Gulai Kepala Kelinci ini jarang kami sediakan karena belum dimasak saja sudah dipesan. Biasanya yang pesan kepala kelinci itu untuk diambil otaknya. Kata para pembelinya, otak kelinci itu berkasiat untuk obat reproduksi wanita dan kesehatan paru-paru,” imbuhnya.
Menurut Tanti warung makannya tidak mematok harga tinggi, semua menu yang tersedia harganya terjangkau. Sepintas memang mahal karena harga kelinci yang terus melambung dan menikmati rasanya, namun ia tetap memberikan harga yang sebanding.
“Seluruh masakan di sini fresh. Bila ada yang pesan baru kita buatkan. Jadi bisa pesan dengan tingkat kepedasan yang bervariasi,” ujarnya.
Tanto Tanti juga menyediakan menu dari bahan kambing, sapi, belut serta burung puyuh yang juga dipatok dengan harga terjangkau.
“Kami buka pukul 10.00 hingga 21.00. Bisa pesan antar hanya untuk wilayah Ambarawa minimal pesanan 5 porsi. Harga paket bervariasi mulai dari Rp 15 ribu. Pesan bisa call, SMS atau WA ke nomor 081225036344,” tandas alumni STIK Semarang ini.
Tips Membedakan Daging Kelinci
Tidak jarang pengunjung ada yang menanyakan asli atau tidak saat membeli sate kelinci. Memang ada puluhan penjual sate Kelinci di Bandungan. Mulai dari obyek wisata Candi Gedongsongo, pasar Agrobisnis Bandungan hingga sepanjang jalan Lemah Abang, Kecamatan Bergas hingga di Bandungan.
Berderet penjual sate Kelinci. Tapi apakah semua memalsukan daging Kelinci? Tentu tidak semuanya. Seperti yang tersedia di Warung Makan Sate Kelinci Tanto Tanti. Untuk itu Lusia memberikan tips khusus buat pembaca Jateng Pos untuk membedakan daging kelinci dan ayam.
Daging ayam pilih karena memiliki tekstur dan warna yang hampir sama dengan daging Kelinci. Yakni sama-sama jenis daging berwarna putih. Kendati hampir sama dari sisi warna tetapi ada perbedaan yang mencolok yaitu daging kelinci berwarna putih kemerahan.
Tekstur atau seratnya juga berbeda dengan ayam. Jadi kalau ingin tahu daging Kelinci itu dicampur atau tidak bisa dilihat dalam kondisi mentah dengan melihat warnanya.
Untuk mengelabui pembeli, biasanya dalam satu tusuk ada satu potng daging ayam dan dua daging kelinci. Selain itu agar warnanya sama maka daging kelinci di rebus sehingga, warnanya sama yaitu putih kecoklatan.
“Tips mendeteksi daging kelinci, paling mudah melihat penampilan sebelum di bakar. Yakni daging akan terlihat berwarna kemerahan, sekalipun daging kelinci tergolong daging putih. Setelah dibakar daging menjadi putih kecoklatan. Kalau dimakan teksturnya lebih lembut daripada ayam. Namun daging kelinci lebih kenyal dibanding ayam. Kalau masih kurang yakin jangan sungkan-sungkan menanyakan pada penjualnya,” kata Lusia. (muz)