Menjadi Sahabat Siswa

Niniet Herdhian Apriliani, S.Psi Guru BK SMP Negeri 15 Surakarta
Niniet Herdhian Apriliani, S.Psi Guru BK SMP Negeri 15 Surakarta

JATENGPOS.CO.ID – Siswa SMP telah memasuki masa remaja, dikenal dengan masa penuh “badai dan tekanan” karena masalah yang lebih kompleks datang menghampiri dan memerlukan penyelesaian dengan cara tepat. Sering remaja merasa galau ketika mempunyai masalah, harus ke mana menceritakan masalah dan mencurahkan perasaannya. Apakah  kepada teman sebaya, orang tua, saudara atau guru?

Pada remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat dikarenakan sosialisasi dan konformitas remaja terhadap tingkah laku sosial dari teman sebaya yang jauh lebih kuat dibanding ketergantungan dan keterikatan terhadap orang tua. Mereka merasa bebas mengekspresikan perasaannya pada teman sebaya atau orang lain yang dianggap netral, tanpa takut dimarahi atau dihukum. Apabila teman pergaulannya memberikan pengaruh positif tentu akan berdampak positif bagi remaja namun apabila teman pergaulannya memberikan pengaruh negatif tentu akan berdampak negatif, kecuali remaja yang telah memiliki moralitas dan prinsip yang kuat untuk tidak mengikuti arus pergaulan yang negatif karena sudah mampu membedakan hal yang baik dan buruk.

Baca juga:  Trik Menaklukkan Matematika

Seperti dirilis SINDONEWS.com tertanggal 1 Juni 2017, remaja terjerumus dalam geng motor, tawuran, bahkan terlibat masalah pelanggaran hukum karena kurang perhatian dari orang tua dan lingkungan.Latar belakang dan permasalahan keluarga siswa beragam. Perhatian, komunikasi, kesibukan orang tua bekerja, dan waktu kebersamaan untuk membahas berbagai hal yang dialami anak di luar rumah sangat kurang sehingga orang tua terkadang tidak menyadari anaknya telah beranjak remaja. Akibatnya, orang tua kurang mengikuti perkembangan yang terjadi pada anaknya sehingga merasa kecolongan ketika mengetahui anaknya berperilaku menyimpang dari nilai-nilai agama maupun sosial. Orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak mereka membutuhkan waktu untuk bercerita tentang masalah atau hal-hal yang dialaminya, ingin didengarkan dan diperhatikan karena keluarga adalah tempat mencurahkan segala rasa.

Guru adalah orang tua siswa di sekolah. Keberhasilan seorang guru tidak hanya dinilai dari kemampuan menyampaikan materi pelajaran namun juga dapat menjalankan perannya sebagai orang tua sekaligus teman yang mampu menjalin kedekatan dengan siswa. Apabila siswa merasa nyaman dan percaya pada seorang guru, dia akan menceritakan pikiran, perasaan, maupun masalah yang sedang dialaminya. Keinginan untuk didengarkan dan diperhatikan merupakan ciri khas remaja. Perasaan dekat dan percaya pada guru akan menimbulkan kasih sayang karena merasa ada penerimaan. Siswa yang demikian akan mendengarkan nasihat serta melaksanakan perintah gurunya dengan senang hati.


Baca juga:  Cara Belajar Efektif Dan Efisien

Perhatian yang diberikan oleh guru dirasa nyaman dan dapat menggantikan perhatian yang tidak didapat dari keluarga. Sering remaja terjebak ke dalam komunitas pergaulan yang dianggap membuat nyaman, perhatian dan menghargai keberadaannya.

Di sinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk merangkul siswa yang membutuhkan perhatian dan kepercayaan. Guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Menjalin kedekatan, keterbukaan dan mampu menyelami hati siswa merupakan pintu masuk ke dalam dunia siswa. Bila kepercayaan telah didapatkan, siswa akan menceritakan hal-hal yang dialaminya. Guru akan dengan mudah memberikan pengaruh dan mengarahkan siswa ke arah yang positif,  siswa pun mendapatkan nasihat yang tepat dalam menghadapi masalahnya dan tidak mencari pelarian dengan cara yang salah bahkan merugikan dirinya.

Baca juga:  Belajar Matematika Terasa Bergelora dengan “ARTIST”

Menjalin kedekatan dengan siswa dilakukan secara intensif melalui komunikasi dua arah dengan mengajak bicara, mendengarkan masalah atau curahan hati, menyediakan waktu, memberikan perhatian pada mereka dan membantu menyelesaikan masalah antar siswa. Namun demikian, tidak semua siswa mau terbuka pada guru dikarenakan perbedaan kepribadian satu siswa dengan siswa yang lain. Siswa ekstrovert (terbuka) lebih aktifdan suka berdiskusi tentang cara menghadapi masalah. Siswa introvert (tertutup) cenderung pasif sehingga guru harus proaktif karena mereka membutuhkan banyak motivasi dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Kedekatan dan kepercayaan siswa terhadap guru akan memberikan pengaruh positif dalam perkembangannya di masa remaja.  Mereka merasa mendapat dukungan dari orang yang dianggap dapat memahaminya. Proses belajar mengajar yang nyaman serta kondusif diharapkan dapat tercipta sehingga tujuan belajar dan peningkatan prestasi dapat tercapai.

Niniet Herdhian Apriliani, S.Psi

Guru BK SMP Negeri 15 Surakarta