JATENGPOS.CO.ID, – Karakteristik ilmu-ilmu sosial atau social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Menurut A Kosasih Djahiri (Sapriya,2007:19) ada beberapa karakteristik pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial, salah satu diantaranya adalah mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis. Untuk itu program pembelajaran disusun dengan menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa yang akan datang baik dari lingkungan fisik maupun budayanya. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan agar peserta didik mampu mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan peran aktif peserta didik adalah model Dua Tamu Dua Tinggal atau yang oleh penulis dinamakan model Duta Tinggal. Model ini dapat dimodifikasi dengan pembelajaran online berbasis masalah. Adapun sintak dalam model ini adalah: 1) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah empat orang. Dua orang bertugas sebagai tuan rumah dan dua orang lainnya bertugas sebagai tamu yang akan berkunjung ke kelompok lainnya. 2) Masing-masing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang suatu masalah yang harus didiskusikan untuk mencari jawabannya. Di pihak lain, guru memberikan penjelasan kepada masing-masing klompok apabila ada yang belum dimengerti. 3) Setelah selesai berdiskusi tentang masalah di kelompoknya, dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu bagi kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak bertugas menjadi tamu dan tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. 4) Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. 6) Masing-masing kelompok membuat kesimpulan tentang masalah yang dibahas. 7) Presentasi kelompok.
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan seperti: 1) Memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan anggota kelompok lain. 2) Ide-ide baru lebih banyak muncul karena adanya interaksi antar anggota kelompok. 3) Mengatasi kebosanan anggota kelompok, karena biasanya guru membentuk kelompok secara permanen. 4) Dapat diterapkan pada semua kelas 5) Anggota kelompok lebih aktif.
Setelah penulis menerapkan model ini maka peserta didik yang sebelumnya pasif menjadi aktif karena dituntut untuk aktif berinteraksi dengan kelompok lain sehingga suasana menjadi lebih dinamis. Selain itu metode ini juga memunculkan ide-ide kreatif peserta didik dalam menjelaskan materi pada kelompok lainnya. Hal ini akan memotivasi siswa untuk belajar lebih baik, mencari sumber informasi yang sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber. Dengan pembelajaran yang aktif dan dinamis ini, peserta didik menjadi lebih baik dalam mempelajari permasalahan dan mengendap dalam ingatan sehingga tidak mudah lupa. Dengan perubahan kondisi ini maka hasil belajar siswa pun semakin meningkat. Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh penulis menyimpulkan bahwa penerapan model Duta Tinggal dapat meningkatkan sikap peserta didik sampai 100% baik dan meningkatkan hasil belajar peserta didik sampai 100% mencapai KKM. Di mana KKM yang ditargetkan oleh penulis sekaligus peneliti adalah 80. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka guru dapat menggunakan model tersebut sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar peserta didiknya dengan beberapa perbaikan berupa 1) perlunya sosialisasi sebelum penggunaan model ini, 2) perlu mendorong speserta didik yang mempunyai kesulitan dalam menguraikan kalimat, 3) perlunya penjelasan secara detail pembagian waktu pada masing-masing kelompok.
Dengan memahami kelebihan dan kekurangan model ini maka, maka upaya-upaya perbaikan perlu terus ditingkatkan agar harapan guru terhadap kualitas pendidikan dapat terus ditingkatkan.
Endah Saraswati,S.Pd.,M.M.
Guru SMP N 1 SEMARANG