JATENGPOS.CO.ID, – Dalam rangka mempersiapkan generasi emas tahun 2045 dan menjawab tantangan era digital, akhir-akhir ini sedang digalakkan sebuah program baru di dunia pendidikan. Program tersebut bernama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Jika dilihat dari dasar regulasinya PPK bukanlah hal yang baru, namun PPK kembali mengemuka seiring diterapkannya Kurikulum 2013 (K13).
Untuk menunjang program tersebut, pada struktur kurikulum Sekolah Menengah Pertamabeberapa mata pelajaran diberikan tambahan jumlah jam. Salah satu di antaranya mata pelajaran Seni Budaya. Akibatnya timbul pertanyaan dari berbagai pihak, mengapa pelajaran Seni Budaya menjadi salah satu penerima anugerah tersebut? Sedangkan selama ini Seni Budaya dianggap sebagai pelajaran yang tidak begitu penting. Apa saja manfaat pelajaran Seni Budaya sehingga menjadi salah satu pelajaran yang mendapatkan “hak khusus” untuk ditambah jumlah jamnya pada K13?
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwapendidikannasionalbertujuanmengembangkanpotensisiswa agar menjadimanusia yang berimandanbertakwakepadaTuhan Yang MahaEsa. Juga berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri,demokratis, danbertanggungjawab. Jika dicermati semua karakter siswa yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tersebut secara tidak langsung terintegrasi dengan kekhasan karakteristik mata pelajaran seni budaya.
Di era serba digital seperti saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar generasi muda dari usia Sekolah Dasar hingga mahasiswa memiliki kedekatan bahkan ketergantungan terhadap internet. Arus informasi dari berbagai sumber di belahan dunia dengan mudah dapat tersebar dalam hitungan detik, dunia seolah hanya sebesar genggaman. Filterisasi (proses penyaringan) yang lemah terhadap pesatnya informasi yang secara terus menerus masuk dapat mempengaruhi perubahan mindset (pola pikir) bahkan budaya suatu masyarakat.
Jika dicermati, tanpa kita sadari terjadi perubahan mindset dan budaya secara perlahan-lahan. Tidak selalu perubahan tersebut salah, karena memang diperlukan kesanggupan setiap generasi untuk senantiasa dinamis mengikuti perkembangan zaman.Hanya saja, sebaiknya generasi muda dibekali dengan wawasan dan kecintaan terhadap kebudayaan di mana ia tinggal, karena budaya adalah jati diri suatu bangsa. Untuk itulah maka peran pelajaran Seni Budaya sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman tentang keunikan serta keanekaragaman karya seni budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Sejalan dengan perkembanganabad 21, generasi mudadituntut untuk menguasai empat keterampilan dasar. Empat keterampilan generasi abad 21 antara lain creativ (kreatif), collaboration (kerja sama),communication (komunikatif), dancritical thinking (berpikiran kritis).Proses kreatif dialamisiswaketika megekspresikan diri melalui karya seni rupa, musik, tari, maupun teater.
Penyelesaian praktik berkarya seni dilakukan secara mandiri dan kelompok.Pada saat berkelompok siswa berlatih untuk saling bekerja sama. Setelah karya selesai dikerjakan, mereka dituntut untuk dapat mempresentasikan karya tersebut di depan teman-temannya menggunakan bahasa komunikasi yang baik. Terakhir, sebagai umpan balik presentasi karyasiswa dibiasakan untuk mengapresiasi, memberikan tanggapan. Pada tahap inilah siswadiajak untuk membiasakan berpikir secara kritis. Dengan demikian, keempat keterampilan abad 21 selalu diberikan pada hampir semua kegiatan pembelajaran Seni Budaya.
Di samping manfaat-manfaat yang telah dipaparkan tersebut, pelajaran Seni Budaya dapat melatih kepekaan rasa, kehalusan budi, kepercayaan diri, dan tanggung jawab. Juga memupuk sikap toleransi, rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta kedisiplinan siswa. Jika transfer semua kompetensi tersebut berhasildiberikan kepada siswa, adalah suatu keniscayaan masih timbul kegamangan generasi tua terhadap generasi muda. Pelajaran Seni Budaya menjadi salah satu modal untuk menciptakan pendidikan yang berbudaya Nusantara. Sehingga terwujudnya generasi emas tidak lagi menjadi mimpi di siang bolong. Hingar bingar K13, PPK, generasi emas abad 21 tidak lagi sekadar slogan kosong penghias sebuah proyek seperti yang dikhawatirkan banyak pihak.
Fajar Prihattanto, S.Pd.
Guru SMP Negeri 2 Paranggupito
Kabupaten Wonogiri