Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Ratna Era Susanti Guru SD N 2 Gintungan Purworejo
Ratna Era Susanti Guru SD N 2 Gintungan Purworejo

JATENGPOS.CO.ID, – Minat belajar siswa dapat dilihat dari sikap dan perilaku siswa dalam proses belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi minat belajar IPS rendah antara lain disebabkan karena luasnya materi pelajaran IPS, pembelajaran yang monoton, dan banyak materi yang harus dihafalkan. Hal yang melatarbelakangi kurangnya minat siswa belajar IPS di kelas IIdi SD N 2 Gintungan diantaranya siswa sebagian besar pendiam, cenderung pasif, mulai nampak individual, tidak fokus, dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Jika diberi pertanyaan siswa tidak aktif menjawab dan harus ditunjuk, jawabannyapun belum tentu benar. Kesempatan bertanyapun tidak dimanfaatkan. Keaktifan siswa nampak  sangat kurang. Keaktifan yang kurang merupakan salah satu indikasi bahwa minat belajar IPS juga rendah.Minat belajar yang rendah dapat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Hasil belajar IPS beberapa KD rendah untuk itu penulis mencoba meningkatkan keaktifan dan hasil belajar dengan memilih menggunakan model pembelajaraan kooperatif pada materi selanjutnya.

Baca juga:  Bimbingan Kelompok Tumbuhkan Semangat Pramuka

Menurut Majid (2013:174) pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dengan kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur yang heterogen. Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Siswa memiliki dua tanggung jawab yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota untuk belajar. Penulis melakukan tindakan dalam beberapa tahapan atau siklus. Pada siklus I dengan materi peristiwa yang menyenangkan, menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pemberian tugas kelompok beranggotakan empat sampai lima siswa, sedangkan pada siklus II dengan materi peristiwa penting dalam keluarga dengan pemberian tugas kelompok beranggotakan tiga sampai empat siswa. Masing-masing siswa diberi peran yang berbeda misalnya ketua, penulis, dan ilmuwan. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Pada pembelajaran kooperatif siswa bekerja dalam kelompok, hal ini sangat menguntungkan karena siswa dengan kemampuan yang heterogen akan saling membantu untuk menyelesaikan permasalahan atau pun tugas yang diberikan oleh guru saat pembelajaran. Siswa dengan kemampuan lebih akan membantu siswa yang kurang dan terjalin komunikasi dan hubungan yang baik antara anggota kelompok. Keberhasilan sebuah tim merupakan keberhasilan bersama sehingga akan terdorong untuk aktif bekerja sama dalam timnya agar sukses.

Baca juga:  Media Whatsapps Tingkatkan Minat Baca ALQuran

Dimyati dan Mudjiono (2006:36) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.Pada model pembelajaran ini kedudukan peserta didik lebih aktif karena kedudukan guru tidak dominan. Guru berperan sebagai fasilitator. Tugas guru mengelola kelas. Sebagai sebuah tim yang terbagi menjadi beberapa kelompok siswa menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru berupa pengetahuan dan keterampilan berasal dari pemenuan sendiri bukan dari apa kata guru.

Berdasarkan data hasil pengamatan dan dokumentasi menunjukan bahwa sebagian besar siswa merasa senang terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif, karena mereka memperoleh pengalaman belajar, bekerjasama,serta menimbulkan rasa percaya diri, sehingga dapat menambah motivasi belajarnya. Aktifitas, keberanian menyampaikan pendapat, sikap dalam menerima pelajaran, kerjasama, dan membuat tugas, secara individu juga nenunjukan peningkatan. Pada siklus I pertemuan pertama mencapai 63,97% pertemuan ke-2 sebesar 79,41%, dan pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup baik yaitu pada pertemuan ke-1 sebesar 82,35% dan pada pertemuan ke-2 menjadi 86,40%. Sedangkan dilihat dari prestasi hasil belajar siswa sebelum siklus I hanya memperoleh  rata-rata 66,82 dan ketuntasan belajar klasikal 47,06% (17 anak), ternyata setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 77,88 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 70,59% (17 anak), hingga pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu memperoleh rata-rata sebesar 88 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai  100% (17 anak).

Ratna Era Susanti

iklan
Baca juga:  Problematika Guru Kelas VI

Guru SD N 2 Gintungan Purworejo

iklan