Pendidikan Karakter Dimulai Dari Keluarga

Dra. Dwi Retna Ariningsih, M.Pd. Guru SMKN 3 Semarang
Dra. Dwi Retna Ariningsih, M.Pd. Guru SMKN 3 Semarang

JATENGPOS.CO.ID, – Di tengah perkembangan teknologi dan dunia pendidikan, keberadaan keluarga menjadi ujung tombak dari semua pembentukan karakter generasi muda yang berstatus murid atau  peserta didik di sekolah. Sebab, tanggung jawab pendidikan tidak hanya menjadi tugas guru dan sekolah tapi juga orang tua serta kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh dalam proses tumbuh kembang mental dan karakter anak.

 

Bagi beberapa orang tua, memilih percaya sepenuhnya pada pendidikan sekolah yang menggunakan sistem pembelajaran penuh dengan berbagai beban tugas sekolah bagi anak. Cara tersebut, biasanya dipilih para orang tua yang memiliki banyak tugas pekerjaan sehingga terkesan kurang memperhatikan proses pendidikan yang ditempuh anak selama di sekolah maupun di lingkungan rumah.

 

iklan

Sedangkan, beberapa orang tua yang masih memiliki prinsip pendidikan agama menjadi prioritas dalam pendidikan anak terkesan lebih memaksakan untuk belajar penuh tentang agama. Padahal, dengan berbagai macam karakter anak yang berbeda tidak semua anak siap dan tertarik untuk belajar fokus pada satu pendidikan pilihan yang dipaksakan. Sebab, dengan tingkat kecerdasaan emosional dan bakat dari setiap anak berbeda bahkan memiliki kecenderungan untuk mencoba semua hal baru yang menjadi sarana dalam mengembangkan potensi bakat dan minat masing-masing.

Baca juga:  Model Pembelajaran Seni Budaya dengan Kooperatif TGT pada Siswa Kelas VIII SMP

 

Di sisi lain, masih ada beberapa orang tua yang justru terkesan acuh dengan proses pendidikan anak hanya dengan alasan sudah menyiapkan semua fasilitas dan sarana yang dibutuhkan. Kondisi tersebut, justru bisa menjadi bumerang bagi orang tua di masa depan karena sistem tersebut akan membuat anak lebih apatis dengan lingkungan sekitarnya karena terlalu asik pada dunianya sendiri.

 

Secara garis besar, ada beberapa cara yang bisa dikombinasikan dengan memanfaatkan peluang menikmati proses pembentukan karakter dalam mendidik anak yang dapat dilakukan dari kegiatan ringan bersama keluarga. Bahkan, peluang mengkombinasikan penerapan pola pendidikan agama dan pengetahuan umum modern akan menjadi sebuah proses pendidikan yang menyenangkan bagi anak selama direalisasikan dengan komposisi tepat dan efektif.

Baca juga:  Satu Kata Mudah Diucapkan, Sulit Dilaksanakan

 

Diantaranya, prinsip religius sebagai sikap dan perilaku anak yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama akan menumbuhkan toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemelukagama lain. Kedua, sifat jujur yang bisa diimplementasikan dengan perilaku sebagai upaya menjadikan dirinya mendapat kesempatan untuk dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

 

Berbagai sikap tersebut, bisa dicontohkan dari kegiatan atau aktifitas orang tua saat menghabiskan waktu bersama anak di rumah seperti ketika mempersiapkan makan malam atau sarapan, membersihkan rumah..

 

Melalui intensitas komunikasi yang rutin, antara orang tua dan anak selama berada di lingkungan rumah maupun lewat berbagai alat komunikasi, juga bisa menjadi contoh sekaligus wadah untuk menumbuhkan rasa toleransi, komunikatif, dan kepedulian terhadap sesama maupun keluarga karena semua tindakan tersebut dilakukan secara berkelanjutan.

Baca juga:  Tolok Ukur Seni Budaya KKM or KKB ?
Sehingga, dibalik keberhasilan atau kegagalan pembentukan karakter anak di masa mendatang sangat ditentukan dari bagaiman pola komunikasi yang dibangun dalam keluarga dan lingkungan sekitar sebagai ujung tombak untuk mencapai target pendidikan baik dari sisi agama, sosial, maupun personal.

Dra. Dwi Retna Ariningsih, M.Pd.

Guru SMKN 3 Semarang

iklan