Tugas seorang guru adalah mengajar yang merupakan satu pekerjaan profesi dimana dituntut untuk memiliki keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan dalam mengabdikan diri kepada pekerjaanya. Diantara tanggung jawab yang diemban seorang guru adalah mencerdaskan siswa, mentransfer berbagai potensi, pengetahuan, menggali potensi siswa serta memotivasi siswa agar mengenali dirinya sendiri dan potensi yang dimiliki siswa.
Untuk dapat menjadi guru yang profesional perlu menimba ilmu dari pengalaman yang dialami ketika mengadakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, di lingkungan kerjanya serta dengan berbagai peristiwa yang menimpa dirinya maupun orang lain. Pada kenyataannya seorang guru sering kali menghadapi beberapa permasalahan dalam mengadakan proses pembelajaran di dalam kelasnya.
Pada proses pembelajaran di dalam kelas sering dijumpai berbagai masalah baik yang menyangkut guru, siswa , sumber belajar, dan media belajar. Jika salah satu faktor tersebut bermasalah dalam proses pembelajaran tentu akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Bloom, seperti yang dikutip Asep Herry Hermawan (2007:10.23),” tujuan atau hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik ”. Belajar bahasa pada dasarnya bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan menggunakan bahasa dalam berbagai keperluan. Valet dan Disk dalam Puji Santoso (2007:1.8) Hal ini akan terlihat dan terukur dari hasil evaluasi, ketika guru menilai dan mengukur keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika 75 % dari jumlah siswa atau lebih dapat menguasai dan memahami konsep bahan ajar yang disampaikan guru.
Sering kali kita menelan kegagalan pada saat mengadakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang telah direncanakan ternyata tidak selalu tercapai dengan baik sesuai harapan kita. Oleh karenanya sebagai seorang profesional kita harus arif dalam menyikapi keadaan yang demikian. Dari kearifan itu akan muncul pemikiran jernih yang dapat menemukan solusi untuk mengatasi kegagalan dalam pembelajaran, dengan melalui refleksi diri dan pengkajian tentang keberhasilan pembelajaran tentu kita akan menemukan strategi jitu mengatasi kegagalan dimaksud.
Sebagai guru, penulis juga telah melaksanakan pembelajaran dengan segala kompetensi yang penulis miliki pada mata pelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar “ Menceritakan kembali isi dongeng “ pada siswa kelas IV SD Negeri Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, Semarang. Tetapi setelah dilaksanakan evaluasi ternyata ditemukan kenyataan yang sangat mengecewakan, dari 28 siswa yang ada hanya 8 siswa yang mampu memperoleh nilai 75 ke atas.
Pada saat pembelajaran siswa terlihat sangat pasif, ketika penulis melemparkan pertanyaan juga hanya beberapa anak saja yang mampu menjawab, sementara yang lain asik dan sibuk dengan dirinya sendiri. Padahal penulis telah melakukan pembelajaran dengan prosedur pembelajaran yang sesuai kaidah pembelajaran. Penulis merenung dan bertanya pada diri saya sendiri “ Kalau demikian halnya dari sudut manakah kegagalan pembelajaran ini terjadi ?” Mungkinkah dalam pembelajaran ini penulis tidak menggunakan pendekatan dan metode yang tepat ? Ataukah karena penulis belum menggunakan alat peraga yang memadai sehingga kurang menarik perhatian siswa ? Memang penulis akui tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau meminta penjelasan ulang mengenai materi pelajaran yang penulis sampaikan. Berbekal dari kejujuran tersebut penulis bermaksud melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Melalui pengkajian terhadap nilai hasil tes formatif yang diperoleh pada proses pembelajaran dari siklus ke siklus dan pengolahan data dari hasil pengamatan observer dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Penggunaan alat peraga wayang kartun pada setiap pembelajaran mampu meningkatkan minat, keaktifan dan gairah belajar siswa.
- Dengan memainkan wayang kartun pada pembelajaran “Menceritakan kembali isi dongeng yang didengar” mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam bercerita dari pada sekedar mendengarkan penjelasan.
- Partisipasi siswa secara aktif dalam belajar berkorelasi positif
- Faktor lain yang ikut mendorong peningkatan prestasi belajar siswa adalah diberikanya kesempatan siswa untuk mencoba dan melakukan sendiri memainkan wayang kartun dalam menceritakan kembali dongeng yang didengarnya.
Nanik Juniarti, S.Pd.SD
Guru Kelas 4 SD Negeri Sumurboto, Kec. Banyumanik. Semarang