GROBOGAN – Sudah bukan rahasia lagi kalau pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan seseorang, baik dalam kehidupan ekonomi dan kehidupan sosialnya. Tapi banyak orang yang salah tafsir terhadap arti pendidikan yang hakiki. Banyak orang menganggap pendidikan adalah hal yang diserap anak ketika mengenyam pelajaran di bangku sekolah. Padahal sejatinya pendidikan dimulai sejak bayi bahkan sejak dalam kandungan.
Oleh karena itulah peranan orang tua sangat penting dalam pendidikan anak. Disadari atau tidak, orang tua merupakan guru pertama bagi seorang anak. Anak akan mulai belajar dari keluarga dan lingkungannya. Di sinilah peranan orang tua sangat diperlukan. Ketika anak belajar apapun dari lingkungannnya, maka orang tualah yang mengarahkan anak tentang hal baik dan hal buruk.
Sebagai guru pertama bagi anak, orang tua harus mempunyai konsep yang jelas dalam pembentukan dan pengembangan moral serta kepribadian yang kuat dan tangguh untuk anaknya. Keberhasilan pendidikan pertama anak di rumah sebagai sekolah pertamanya sangat ditentukan oleh kedua oranng tuanya.
Namun sekarang ini telah banyak terjadi pergeseran nilai, peran dan fungsi keluarga. Hal ini akibat tekanan kapitalisme dan industrialisme, termasuk di dalamnya tekanan ideologi gender, kesamaan pria dan wanita dalam kesempatan kerja dengan alasan demi tegaknya ekonomi keluarga. Akibatnya, ayah dan ibu sama-sama bekerja di luar rumah dari pagi hingga petang sementara anaknya lebih dipercayakan pada asisten rumah tangga.Dampaknya muncullah ketegangan dalam keluarga, di mana keluarga tak mampu lagi memenuhi peran dan fungsinya sebagai surga dan tempat perlindungan bagi anak-anaknya. Rumah tak lagi berfungsi sebagai ‘home’ yang memberikan rasa nyaman dan tempat sosialisasi antar anggota keluarga tapi telah bergeser menjadi ‘house’ yang hanya berfungsi sebagai tempat persinggahan belaka.
Bisa dipastikan dampak dari hal tersebut adalah hambarnya hubungan antara anak dan orang tua. Orang tua semakin kehilangan fungsinya sebagai pengasuh, pemelihara, pengayom serta pendidik bagi anak-anaknya. Hubungan anak dan orang tua pun mulai bergeser menjadi hubungan tanpa sentuhan batin. Orang tua hanya memenuhi kebutuhan ekonomi anak tanpa memenuhi kebutuhan rohani anak (kasih sayang). Banyak orang tua yang salah kaprah, mereka merasa sudah memenuhi kewajibannya sebagai orang tua ketika mampu memenuhi kebutuhan jasmani anak.
Bisa dipastikan, anak- anak yanng lahir dari keluarga semacam ini pasti akan mengalami kegagalan dalam proses pendidikannya baik secara akademis, moral, dan sosial. Tidak mengherankan jika banyak anak-anak sekarang yang kurang mengerti sopan santun, minat belajar rendah, dan berperilaku semau gue, meskipun anak tersebut bersekolah di sekolah unggulan dan diajar oleh guru-guru hebat.
Maka demi buah hati kita tercinta. Marilah kita sebagai orang tua kembali ke fitrah orang tua, perankanlah peran kita sebagai orang tua yang hakiki. Menjadi orang tua harus berbekal ilmu yang cukup, ketrampilan yang memadai dan keikhlasan untuk mengabdi bagi pendidikan anak. Sekedar memberi uang saku dan memasukkan ke sekolah unggulan tidaklah cukup untuk membentuk karakter anak menjadi manusia unggul. Sebab sangat banyak hal yanng tidak bisa dibeli dengan uang.
Oleh : HIJJRIYAH ANISAK, S.Pd.
SMP Negeri 1 Ngaringan,Grobogan