Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN 4 Pulutan Kulon masih rendah. Hasil pretest KD 5.4 menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala menunjukkan banyaknya siswa yang belum mencapai KKM. KKM yang ditetapkan adalah 72. Hanya dua dari empat belas siswa yang mencapai KKM tersebut. Meskipun pemberian contoh dan penugasan telah dilakukan, siswa masih merasa kesulitan.
Siswa kesulitan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam masalah-masalah baru materi perbandingan dan skala. Siswa sulit dalam memahami masalah dan menerjemahkan masalah menjadi kalimat matematika, sehingga siswa tidak mampu menentukan langkah-langkah penyelesaiannya. Hal tersebut membuat pembelajaran matematika menjadi menakutkan dan kurang menyenangkan. Tentunya permasalahan tersebut harus segera diatasi agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal lain yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah.
Penulis mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Solving Learning (PSL) sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika perbandingan dan skala. Model pembelajaran ini memiliki beberapa keunggulan seperti (1) melatih siswa untuk mendesain penemuan, (2) berpikir dan bertindak kreatif, (3) memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, dan (4) merangsang perkembangan kemajuan berpikir untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat (Hamdani, 2013:84).
Pembelajaran yang diterapkan meliputi pendahuluan, pembentukan kelompok, diskusi lembar kerja siswa, turnamen menyelesaikan masalah, evaluasi dan penutup. Setiap menyelesaikan masalah matematika baik kelompok maupun individu pada pembelajaran ini, siswa mengguinakan langkah inti dalam Problem Solving Learning (PSL). Langkah-langkah inti Problem Solving Learning meliputi (1) mengidentifikasi masalah, (2) menyusun rencana memecahkan masalah, (3) melaksanakan rencana, (4) dan memeriksa kembali atau mengevaluasi. Keempat langkah tersebut dilaksanakan secara urut. Pada langkah pertama siswa mengidentifikasi masalah dengan membaca hati-hati, menggarisbawahi kata kunci masalah, lalu menuliskan hal yang diketahui dan ditanyakan. Langkah kedua siswa menuliskan strategi yang direncanakan untuk memecahkan masalah seperti mencari pola, sketsa, gambar dan rencana lainnya. Setelah rencana ditulis, siswa menuliskan masalah ke dalam kalimat matematika. Pada langkah ketiga siswa melaksanakan strategi yang dituliskan. Kemudian pada langkah terakhir siswa memeriksa kembali apakah strategi yang digunakan telah tepat dan telah memecahkan masalah. Jika sudah tepat dan solutif maka dapat digunakan untuk memecahkan masalah serupa pada waktu yang akan datang.
Hasil evaluasi setelah diterapkannya PSL menunjukkan bahwa dari empat belas siswa, tiga belas siswa atau 92,86% mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan. Jawaban tes uraian memperlihatkan bahwa siswa dapat menuliskan hal penting yang diketahui, ditanyakan, rencana atau langkah penyelesaian, dan pelaksanakan rencana hingga masalah terpecahkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Problem Solving Learning (PSL) mempermudah siswa dalam menyelesaikan masalah matematika perbandingan dan skala. Siswa juga lebih aktif dalam berpikir, berpendapat, bekerja sama, dan mampu memecahkan masalah dengan langkah penyelesaian yang tepat.
Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Solving Learning (PSL) dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika siswa kelas V SDN 4 Pulutan Kulon. Pembelajaran matematika menjadi lebih kondusif dan menyenangkan sehingga tidak lagi menjadi “Momok” yang menakutkan.
Mardiyana, S.Pd.
Guru SDN 4 Pulutan Kulon
Wuryantoro
Wonogiri