JATENGPOS.CO.ID, – Pada pembelajaran Sosiologi di SMA terdapat materi yang mengajarkan tentang “Pemberdayaan Komunitas Lokal Dalam Mewujudkan Masyarakat Mandiri”. Namun di materi itu belum secara maksimal memberikan contoh yang kongkret. Hanya terbatas pada silabus yang ada. Padahal kemampuan siswa dan kreatifitasannya bisa lebih dari itu. Kepedulian seorang guru untuk menjadi motivator pada proses pembelajaran dan pengembangan kreatifitas siswa merupakan kunci penting untuk menumbuhkan sikap kemandirian.
Menurut Hatu (2010), yang dimaksud dengan pemberdayaan komunitas adalah suatu proses dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial. Tujuan pemberdayaan ini adalah untuk memperbaiki sistuasi dan kondisi diri sendiri sehingga nantinya membentuk masyarakat yang mandiri. Penguatan karakter kemandirian ini juga merupakan salah satu amanat dari UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dimana pada pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan nasional harus juga mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat dan berkhlak mulia. Salah satunya adalah memiliki karakter mandiri.
Kata “Mandiri” tidak hanya sekedar bisa makan, minum, mandi dan tidur sendiri. Tetapi karakter mandiri yang dimaksud disini adalah siswa mampu mengembangkan ide kreatifitasnya secara mandiri. Banyak hal yang dilakukan untuk bisa mewujudkan kemandirian siswa. Salah satunya adalah dengan mendorong siswa untuk melek bisnis. Sebagai guru, tugas kita adalah memotivasi siswa untuk mengetahui peluang bisnis yang dibutuhkan masyarakat saat ini sesuai dengan teori yang telah mereka pelajari di teori ilmu sosiologi di kelas.
Salah satu peluang bagi siswa SMA adalah berlatih berbisnis on line. Pada zaman now sudah dipastikan bahwa anak tidak bisa dilepaskan dari dunia digital. Ini menjadi sesuatu yang menjanjikan dan harus ada dalam kehidupannya. Bisa kita amati anak-anak tidak bisa dilepaskan dari smart phone baik untuk berkomunikasi dan bertransaksi di lingkungan sekolah. Misalnya anak sudah familiar dengan aplikasi Gojek, Go food, belanja on line dari Tokopedia, Buka lapak dan sebagainya .Nah kenapa tidak mendorong siswa mencari peluang bisnis disitu untuk mencari keuntungan dengan cara yang halal? Siapa tahu jadi calon juragan.,
Kita dorong mereka jadi siswa yang cerdas, siswa yang tidak hanya sekedar konsumtif tetapi bisa lebih produktif. Anak setingkat SMA bisa berkesempatan mempunyai penghasilan sendiri walupun belum terlalu banyak. Bisnis saat SMA tidak dituntut untuk menjadi kaya raya, melainkan bisa belajar untuk menjadi pribadi yang mandiri dan lebih bisa bersyukur dengan apa yang dilakukan. Melatih jiwa enterprenour dan juga komunikasi efektif yang akan mendukung mereka menjalani kehidupan bermasyarakat.
Untuk belajar menjadi enterpreneur sukses, mereka harus bisa out of the box. Dalam artian bisa keluar dari zona aman untuk lebih sukses. Sebagai guru kita mendorong siswa untuk melakukan efisiensi waktu belajar dan berbisnis. Kita harus menekankan bahwa siswa boleh berbisnis namun jangan lupa belajar yang rajin.
Dari sudut pandang ilmu teori sosiologi, kemandirian siswa bisa terbentuk secara alami dengan melakukan pemanfaatan komunitas lokal. Disinilah perlunya peranan guru sosiologi untuk memberi wawasan kepada siswa tentang praktek riilnya. Tidak sekedar terpaku teori saja. Salah satunya adalah dengan mendidik siswa untuk melek bisnis. Misalnya dari hal kecil seperti berjualan pulsa, atau menjadi dropshipper pakaian dan produk kecantikan. Siswa bisa juga memanfaatkan web dan blog sebagai wahana untuk mempublikasikan bisnis yang akan dilakukan. Jika siswa bisa memanfaatkan teknologi, mereka akan bisa membaca peluang bisnis. Pada akhirnya pada diri siswa akan terebentuk karakter tekun, jujur dan bisa membagi waktu antara berbinis dan belajar. Kesuksesanpun akan dapat diraih. Bravo young enterpreneur!