Kegiatan belajar mengajar matematika kelas VI di SD Negeri Tempuran siswa kurang aktif, kurang berpartisipasi, dan kurang terlibat. Guru cenderung dominan dalam setiap pembelajaran, kurang berusaha untuk melibatkan siswa dalam penyampaian pelajaran. Siswa hanya sebagai penerima, pencatat dan pengingat saja. Sehingga hasil belajar siswa mengalami penurunan. Kondisi ini dapat terlihat dari hasil ulangan formatif materi operasi hitung bilangan terdapat 62 % siswa yang belum tuntas dalam belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu menguasai kompetensi yang diajarkan. Hampir semua pelajaran memiliki metode pembelajaran hapalan, contohnya Sejarah, Biologi, Geografi, atau Bahasa Inggris. Lain halnya bersama matematika, meskipun kita sudah hapal rumus – rumusnya di luar kepala, belum tentu penerapannya berlangsung mulus. Setiap hari kita bisa saja sudah latihan menggunakan berbagai tipe rumus, namun disaat ujian tiba, kita tidak akan menemui soal yang sama. Rumus boleh sama, namun soalnya beda, Itulah matematika. Menurut Suherman (2003) matematika adalah disiplin pemikiran dan prosedur pengolahan logika, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Untuk itulah guru mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dengan harapan siswa lebih aktif dalam belajar dan mempunyai semangat belajar yang tinggi. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok beranggotakan empat orang yang memiliki kemampuan yang berbeda namun saling berinteraksi antar anggota kelompok tetapi dalam evaluasi pembelajaran kemandirian ditekankan pada setiap anggota kelompok. Menurut Slavin (2008) model pembelajaran tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku.
Langkah – langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diadaptasi dari Slavin adalah sebagai berikut: 1) Presentasi Kelas, 2) Kelompok, 3) Pemberian Kuis, 4) Skor Perkembangan Individual, 5) Penghargaan Kelompok. Strategi pembelajaran kooperatif model STAD menekankan pada kerja kelompok dan tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan dan adanya saling interaksi diantara anggota kelompok belajar. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok beranggotakan empat orang yang memiliki kemampuan yang berbeda namun saling berinteraksi antar anggota kelompok tetapi dalam evaluasi pembelajaran kemandirian ditekankan pada setiap anggota kelompok.
Kelebihan model pembelajaran STAD sebagai berikut: 1) Setiap anggota kelompok mendapat tugas, 2) Adanya interaksi langsung antar siswa dalam kelompok, 3) Melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill), 4) Membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain, 5) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat, 6) Memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat, 7) Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan.
Sedangkan kelemahannya sebagai berikut: 1) Pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis, sehingga sulit mencapai target kurikulum, 2) Model ini memerlukan keahlian khusus dari guru. Guru harus bisa sebagai mediator, fasilitator, motivator dan evaluator. Dengan kata lain tidak semua guru mempunyai kemampuan menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik. Pada prinsipnya yang diungkapkan di atas bukan merupakan kekurangan tetapi merupakan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Kendala tersebut ada yang bisa diatasi dan ada yang tidak bisa diatasi.
Joni Mulyono
Guru SD Negeri Tempuran Kaloran Temanggung