JATENGPOS.CO.ID, BOYOLALI – Dinas Kesehatan menyatakan status kasus COVID-19 di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, sudah kembali menurun dari zona merah atau risiko tinggi menjadi oranye atau risiko sedang.
Kepala Dinas Kesehatan Boyolali dr Ratri S Survivalina, MPA, Kamis di Boyolali menyatakan hingga Rabu (3/2) malam penambahan warga terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 54 kasus sehingga secara akumulasi menjadi 4.746 kasus, tetapi statusnya sudah kembali ke zona risiko sedang.
Jumlah pasien COVID-19 di Boyolali yang masih menjalani perawatan saat ini, sebanyak 328 kasus, isolasi mandiri 400 kasus. Sedangkan kasus COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh 3.883 kasus atau 81,8 persen, dan meninggal dunia 135 kasus atau 2,8 persen.
Sehingga, kata dia, skoring Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM) COVID-19 di Boyolali mencapai 1,96 atau masuk zona resiko sedang atau warga oranye. Sedangkan, penambangan 54 kasus COVID-19 itu, seluruhnya merupakan kasus baru.
Ratri menjelaskan kasus COVID-19 di Boyolali memang sempat menjadi keprihatian bersama, karena masuk zona risiko tinggi atau merah pada Senin (1/2). Bahkan, kasus penyebaran virus corona selama dua pekan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terus bertambah.
“Kasus COVID-19 di Boyolali, pada Senin (1/2), penambahan mencapai 88 kasus yang terdiri atas 62 kasus baru dan 26 kasus kontak erat pasien sebelumnya,” katanya.
Menurut dia perkembangan data COVID-19 di Boyolali pada Senin (1/2) itu, jumlah akumulasi konfirmasi positif ada sejumlah 4.653 kasus. Sedangkan, pasien dirawat ada 293 kasus, melaksanakan isolasi mandiri 543 kasus, dinyatakan sembuh 3.691 kasus dan meninggal dunia 126 kasus. Jika dihitung skoring IKM Boyolali diangka 1,8 atau masuk zona risiko tinggi atau zona merah.
Ia mengatakan Boyolali masuk zona merah tersebut karena dipengaruhi banyaknya pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. “Bed Occupancy Rate” (BOR) di RSUD Pandan Arang Boyolali, mencapai sekitar 90 persen. Karena kasusnya lebih banyak yang kondisinya sakit berat, sehingga dirawat di rumah sakit. Hal ini, menjadikan skoringnya turun cukup besar sehingga menjadikan Boyolali zona merah.
Oleh karena itu, pihaknya meminta masyarakat tetap melaksanakan protokol 3 M yang sekarang sudah ditambah menjadi 5M yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Masyarakat mari bekerja sama mentaati aturan itu, untuk menekan angka COVID-19 di Boyolali.
“Jangan sampai masa PPKM ini, justru melakukan bepergian jauh ke luar kota, dan justru menimbulkan kerumunan yang berpotensi penularan COVID-19,” demikian Ratri S Survivalina. (fid/ant)