JATENGPOS.CO.ID, Purwokerto – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mengimbau masyarakat tetap tenang pascapeningkatan status Gunung Slamet dari aktif normal menjadi waspada.
“Gunung Slamet memang statusnya ditingkatkan jadi waspada tapi masyarakat diimbau untuk tetap tenang. Yang perlu diwaspadai adalah para pendaki sehingga jalur pendakian Gunung Slamet untuk sementara ditutup,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Ariono Poerwanto di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Ia mengatakan Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, merupakan wilayah Kabupaten Banyumas yang terdekat dengan puncak Gunung Slamet namun kondisinya masih aman karena berjarak sekitar 10-12 kilometer dari puncaknya.
Menurut dia, hal itu berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), radius bahaya dalam status waspada berjarak 2 kilometer dari kawah Gunung Slamet.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas Asis Kusumandani mengatakan Kawasan Wisata Baturraden masih aman dikunjungi wisatawan.
“Jarak Lokawisata Baturraden dengan puncak Gunung Slamet sekitar 12 kilometer sehingga masih aman untuk dikunjungi wisatawan,” katanya.
Saat dihubungi melalui saluran telepon, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga Yanuar Abidin mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan petugas Pos Pendakian Gunung Slamet di Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, terkait dengan peningkatan status Gunung Slamet.
“Kalau diperlukan, jalur pendakian Gunung Slamet akan kami tutup untuk sementara,” katanya.
PVMBG meningkatkan status Gunung Slamet dari aktif normal (level I) menjadi waspada (level II) sejak hari Jumat (9/8), pukul 09.00 WIB.
Peningkatan status tersebut dilakukan setelah PVMBG melakukan analisis terhadap hasil pemantauan aktivitas Gunung Slamet dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, yang berjarak sekitar 8,5 kilometer sebelah utara dari puncak Gunung Slamet.
Dalam hal ini, sejak bulan Juni hingga 8 Agustus 2019 tercatat 51.511 kali gempa embusan, lima kali gempa tektonik lokal, dan 17 kali gempa tektonik jauh.
Selain gempa-gempa tersebut, pada akhir Juli 2019 mulai terekam getaran tremor dengan amplitudo maksimum 0,5-2 milimeter dan masih berlangsung hingga saat pelaporan serta energi kegempaan terdeteksi meningkat secara gradual.
Pengukuran jarak miring dengan metode EDM berfluktuasi dan berada pada pola datar, sedangkan dengan pengukuran ungkitan dengan tiltmeter terdeteksi adanya penggembungan (deformasi) mulai akhir Juli 2019.
Sementara dalam pengukuran suhu mata air panas pada tiga lokasi menunjukkan nilai 44,8-50,8 derajat Celcius atau menunjukkan adanya kecenderungan naik dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya. (fid/ant)