JATENGPOS.CO.ID, Menjelang tahun pelajaran baru sekolah, banyak orang tua yang memiliki anak berusia sekitar 5-6 tahun mulai bersiap-siap menyekolahkan anaknya. Mereka mulai menyiapkan dana maupun perlengkapan sekolah serta sibuk memilih sekolah untuk buah hatinya. Bahkan ada yang berencana “menitipkan” anaknya di sekolah dasar (SD) yang mereka inginkan kelak.
Dalam tradisi masyarakat kita, sering kali kita jumpai kebiasaan “menitipkan” anak ini. Bermacam alasan mendasari, mulai sudah terlalu lama di TK, tidak bisa atau bahkan malas mengajari anaknya, sampai alasan ekonomi. Orang tua berharap supaya anaknya mampu mengikuti pelajaran SD, dengan cara memasukkan anaknya ke SD satu tahun lebih awal. Padahal kalau dilihat secara umur, anak-anak ini belum memenuhi kualifikasi umur. Orang tua sendiri tidak menyadari bahwa tindakan mereka keliru. Apabila anak lancar mengikuti pelajaran, tahun berikutnya akan dinaikkan ke kelas 2. Sebaliknya, apabila ada kendala, anak akan mengulang di kelas 1 tahun pelajaran yang akan datang.
Keputusan orang tua memilih jalan praktis dalam menyiapkan anak memasuki SD sebenarnya bisa merugikan mereka dan anaknya sendiri. Kurangnya pengetahuan dan edukasi mengenai faktor-faktor yang berperan dalam menentukan berhasil tidaknya seorang anak menjalani sekolah seringkali diabaikan, bahkan tidak mendapatkan perhatian yang serius. Meski berhasilnya seorang anak tidak selalu ditinjau dari prestasi akademis yang dicapai berupa perolehan nilai-nilai yang sempurna.
Apabila anak hendak dimasukkan SD, maka harus sudah memiliki kesiapan secara fisik, pikiran dan emosi. Kesiapan seorang anak juga bisa dilihat dari cukupnya usia. Usia berapakah yang tepat untuk memasuki jenjang sekolah dasar? Elly Risman, seorang psikolog sekaligus pengasuh Yayasan Kita dan Buah Hati, melalui akun Facebook-nya menyatakan usia tepat seorang anak memasuki dunia sekolah dasar adalah 6 tahun lebih. Apabila hal tersebut belum terpenuhi, maka jangan heran apabila suatu saat kita dapati mereka mogok mengikuti kegiatan di jenjang sekolah yang lebih tinggi. Sebagai orang tua, tentunya kita tidak ingin anak-anak kita mengalami hal ini, bukan?
Fisik anak bisa kita siapkan dengan memberikan asupan gizi yang memadai. Makanan yang sehat dan baik tentunya juga akan menunjang kebutuhan selama masa pertumbuhan anak. Pikiran seorang anak bisa dirangsang secara optimal dengan berbagai macam stimulus atau latihan-latihan yang bisa kita sisipkan dalam permainan mereka. Jadi, anak tetap bisa menikmati masa-masa bermain mereka sekaligus belajar. Begitu juga dengan emosi. Melalui pemilihan latihan sederhana yang sudah banyak dikemukakan para ahli, kita bisa selangkah lebih baik dalam menyiapkan buah hati kita. Dengan demikian mereka siap untuk memasuki dunia sekolah.
Saatnya kita peduli dengan masyarakat sekitar kita. Salah satunya dengan ikut serta memberikan edukasi kepada mereka tentang pentingnya mempersiapkan anak ketika hendak memasuki SD. Persiapan yang tidak hanya berupa dana, tapi lebih dari itu, kesiapan fisik, pikiran dan kematangan emosi merupakan hal yang wajib kita upayakan sebagai orang tua. Wujudkan itu dari rumah dan lingkungan kita! Bukan hanya kita pasrah bongkokan atau memasrahkan sepenuhnya kepada guru atau orang lain yang justru tidak akan dimintai tanggung jawab akan berhasil tidaknya hidup anak kita kelak.
Anak adalah investasi masa depan. Dari merekalah kita mengharapkan pahala yang tidak terputus. Dari lisan merekalah kita berharap doa-doa terbaik. Oleh karena itu, mari siapkan investasi terbaik kita untuk anak-anak tercinta. Anak yang membawa kebaikan dunia dan akhirat.
Siti Chotimah, S.Pd.
SMP Negeri 3 Karangtengah,Kabupaten Wonogiri