Terbaru: Rudy Ketua DPC PDIP Solo Beber Kekalahan Ganjar Karena ini

KETUA PDIP SOLO: FX. Hari Rudyatmo. Foto:bejan/jatengpos

JATENGPOS. CO. ID, SOLO – Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengaku punya cerita aneh yang membuat Ganjar kalah saat pilpres 14 Februari 2024. Strategi pemenangan yang dibangun puluhan tahun di Solo rontok gara-gara melawan musuh yang “tidak kelihatan”. Apa itu? Bantuan sosial mendadak yang mempengaruhi para kadernya.

” Saya benar-benar menghadapi keanehan. Biasanya kader-kader PDIP setiap penghitungan suara selalu ramai berkumpul. Kemarin tiba-tiba hilang entah kemana. Ternyata tim saya pada kabur menghilang karena serangan bantuan, “kata Rudy saat podcast dengan JatengPosTV di rumahnya, Kamis (18/4/2024).

Padahal kata Rudy, panggilan akrabnya, dalam setiap pilkada, termasuk pemenangan Ganjar-Mahfud, pihaknya menerapkan strategi menanam minimal 30 orang kader tulen di setiap TPS. Mereka para kader yang sudah dibina puluhan tahun. Ada yang di dalam (sebagai petugas) ada yang diluar. Jika berjalan sesuai rencana, 30 orang kali 1.773 (TPS) di Solo, pihaknya punya kader 53.000 orang. Sebelum KPU menghitung pun, pihaknya sudah mencatat minimal dapat 106 ribu suara.

“Tapi saat penghitungan, suara Ganjar hilang. Di masing-masing TPS hanya dapat 5, 2, 9 suara saja. Ini sudah tidak wajar. Entah apa yang terjadi. Padahal kita menanam 30 orang kader tulen. Pada lari kemana mereka, padahal strategi ini efektif kita terapkan setiap pilkada, ” katanya.

Rudy mengaku sempat kaget dan bingung. Ia mengibaratkan seperti mendapat serangan mendadak dari musuh yang tidak kelihatan. Musuhnya bantuan uang dan bansos. Seperti bom datang mendadak yang membuat kader kocar kacir. Kalau perang berhadap-hadapan masih bisa dilawan.

“Kurang apa saya menyiapkan tim puluhan tahun, tak rawat, tak openi, ternyata kocar-kacir karena serangan bansos. Padahal menurut orang, saya itu sudah gak kurang-kurang membantu mereka, ” jelasnya.

Sebenarnya, Rudy juga sudah merasa tidak enak pada masa tenang. Beberapa hari sebelumnya para kader hingar bingar di DPC menyatakan siap menangkan Ganjar. Tapi masa tenang sepi. Pada tidak nongol. Tapi Rudy masih berprasangka baik karena masa tenang. Ternyata memang ada gerakan yang menyusupi para kader PDIP agar tidak memilih Ganjar dengan imbalan.

“Itulah yang membuat suara Ganjar hilang di Solo. Saya sampaikan kepada para kader, kamu memang butuh uang, tetapi apakah semurah itu nilai perjuanganmu, bertahun-tahun berjuang bersama sirna dalam sekejab hanya karena bantuan, ” kata Rudy.

Padahal menurutnya, para kader yang pindah dukungan itu dulunya ya ikut PDIP puluhan tahun. Dibantu pendidikan anaknya, biaya kesehatanya, ekonominya dll. Karena merasa bersalah, setelah pilpres mereka pada datang ke rumah Rudy untuk meminta maaf.

“Ya saya jawab, semua akibat perbuatanmu sendiri yang tidak sabar berjuang. Mau ditangisi sampai nangis darah pun sudah tidak ada gunanya, ” jelas mantan Walikota Solo dua periode ini.

Dari peristiwa ini, Rudy menyampaikan kepada semua kader banteng jangan lagi merasa di atas angin dalam berjuang. Jangan terlalu percaya diri berlebihan sehingga malah terlena. Karena nyatanya ada musuh-musuh tidak kelihatan yang datang mendadak.

 

Rudy membantah kekalahan Ganjar sebagai capres PDIP akibat salah memilih calon.  Menurutnya dari sisi persyaratan, Ganjar sangat memenuhi syarat. Pernah menjadi gubernur yang prestasinya tidak diragukan lagi. Bahkan publik mengelu-elukanya. Tapi sehebat apapun akan kalah karena rakyat masih mudah berubah akibat bantuan.

 

Rudy juga mengaku dikirimi beberapa foto dan video mobil bantuan bergambar Prabowo-Gibran dan Jokowi membawa bansos.

“Jadi kalau sidang di MK dibilang dugaan pelanggaran pemilu secara terstruktur, sistematis, dan massif (TSM), ya memang seperti itu kurang lebihnya. Tapi kalau orang-orang yang punya video tidak mau dijadikan saksi ya percuma, “imbuhnya.

Maka, Rudy menyerahkan hasil pemilu ini kepada MK yang sedang menyidangkan perkara ini. Tetapi kalau diambil pelajaran dari pesta demokrasi 2024, Rudy menilai ini demokrasi brutal berbau kekuasaan.

” Jadi kemenangan ini bukan kemenangan kedaulatan rakyat. Tapi menang karena kekuasaan, “jelasnya.(jan)