Tradisi Reog, Geliat Hiburan Usai Terhenti Akibat Pandemi

Atraksi pemain reog di dusun Dumpul, Desa Sumberejo, Kerjo.

JATENGPOS.CO.ID, KARANGANYAR – Alunan musik reog bertalu-talu, puluhan pemuda memakai kaos corak merah putih dan celana hitam berbalut kain batik berjingkrak mengikuiti irama, memainkan kuda kepang dan topeng barong seperti singa.

Sang pawang membawa cambuk, diputar-putar dan dicambukan ke tanah menciptakan suara menggelegar membuat para pemain reog berjingkrak dan bergerak seperti singa kelaparan.

Ada yang tiba-tiba lari dan memanjat pohon, ada juga yang lari tunggang langgang menyibak warga yang menonton seni tradisi yang sudah lama tak bisa tampil akibat pandemi ini.

Semakin siang, suasana semakin panas, terik mentari yang menyengat di halaman rumah warga di dusun Dumpul, Desa Sumberejo, Kecamatan Kerjo ini membuat panitia membawa dua selang air untuk mengguyur para pelaku seni tardisi yang rata-rata masih muda itu.

iklan
Baca juga:  Dialog Publik Pemilu Damai JLK, Hadirkan Narsum Timses Kedua Capres

Sebuah ember penuh air dijadikan seperti wadah minum bagi pemain reog yang bertingkah seperti singa haus itu, mereka minum langsung dari ember itu tanpa basa-basi, bunga mawar dijadikan cemilan bagi mereka diberikan oleh sang pawang yang memegang cambuk.

Banyak pemain reog yang mulai kesurupan. Jatuh dan terluka di sekujur tubuh. Mereka langsung sigap dan dibawa ke sesepuh Dusun Dumpul untuk mendapat pengobatan. Namanya Mbah Empu, langsung membacakan doa-doa dan menasehati pemain yang kesurupan, bunga yang dicampur air dibalurkan ke wajah dan tubuh pemuda yang kesurupan itu.

Hingga kembali sadar. Sejumlah biduan menyanyikan lagu-lagu, menghibur pemain reog dan penonton. Semua terlihat senang dan gembira.

Baca juga:  Keluarga dan Cinta Tanah Air Upaya Awal Bendung Radikalisme

Menurut Sesepuh Dusun Dumpul, Mbah Empu, seni tradisi ini merupakan budaya masyarakat yang sudah dimulai sejak lama, sekitar tahun 1999. Nama Paguyuban Reog Krido Widodo diambil dari nama Karangtaruna Dusun Dumpul yakni Krido Widodo.

Ini menjadi kegiatan anak muda untuk melestarikan seni tradisi nenek moyang Indonesia. Namun, karena pandemi, sudah sejak itu kegiatan ini sudah tak dilakukan lagi.

“Antusias anak muda di sini untuk melestarikan seni tradisi reog sangat tinggi. Minat masyarakat untuk menyaksikan tontonan ini juga luar biasa banyak. Untuk itu, kami harap ada dukungan dari pemerintah agar seni tradisi ini dapat dilestarikan. Kami juga siap mendukung program pemerintah,” ujar Mbah Empu penuh harap. (yas)

Baca juga:  PKL Dirazia Nekat Kena Tipiring
iklan