Dunia pendidikan saat ini sangat memprihatinkan dengan adanya kasus penganiayaan yang dilakukan siswa yang berakibat meninggalnya sang guru. Sangat ironis sekali pada saat pemerintah menggembor-gemborkan peningkatan pendidikan dengan alokasi pendidikan 20% dari APBN, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan justru tidak membuat perilaku anak didik menjadi baik. Hal ini tak lepas dari peran orang tua sebagai tempat sosialisasi pertama bagi anak, maka fungsi pendidikan yang pertama dan utama adalah keluarga.
Manusia dikatakan sebagai homo educandum, yakni harus didik maka manusia perlu dididik. Untuk itulah peran lembaga pendidikan diperlukan, disamping peran orang tua yang paling utama. Pendidikan karekter anak dapat dimulai dari keluarga bahwa sebuah keluarga mengajarkan anak-anaknya perilaku yang baik, menjadikan contoh yang baik bagi anak mengajarkan mana yang baik dan yang buruk keluargalah yang berperan dalam hal ini. Menurut Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Prof Fatah Syukur saat menyampaikan tausiah Ahad Pagi di SMP Islam Terpadu Semarang mengatakan bahwa pada hakekatnya pendidikan sekolah sifatnya membantu orang tua. Pendidikan itu bisa bersifat fisik ataupun psikis, fisik diaplikasikan dengan tatap muka atau transformasi keilmuan, sedang psikisnya dengan sentuhan rohani atau pendidikan agama yang baik. Oleh karena itu agar tercapai hakekat pendidikan perlu diseimbangkan antara di sekolah dan selanjutnya ditindaklanjuti orang tua kala dirumah.
Kerjasama yang terjalin antara sekolah dan orang tua sangatlah penting dalam membangun karakter anak, orang tua yang bijak mendidik anak tidak hanya mengasih uang jajan dan memenuhi kebutuhannya saja tetapi harus melandasi dengan iman dan taqwa. Menjadikan karakter anak yang baik tidak bisa dilakukan secara instan banyak faktor yang mempengaruhi terutama adalah lingkungan tempat tinggal dalam pergaulan.
Pendidikan karakter telah dicanangkan semenjak kurikulum KTSP, penguatan pendidikan karakter dimasukkan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai contoh karakter yang dicantumkan antara lain sopan, santun, cermat, tepat, nasionalis, iman dan taqwa dan sebagainya dengan harapan siswa dapat melakukan sesuai harapan kita.
Membangun karakter anak tidak semudah membalikkan telapak tangan perlu proses dan waktu yang panjang untuk mengubahnya. Disinilah peran orang tua diperlukan, mulai dari bayi seorang anak telah dididik dengan pendidikan keluarga yang baik, tentunya semua orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang baik, mulai dari belajar bicara, berjalan, membaca, bersosialisasi dengan orang lain. Contoh yang orangtua ajarkan itulah yang membangun karakter anak sejak dini.
Pendidikan sekolah bisa dikatakan sebagai rumah kedua bagi anak untuk mengembangkan karakter, maka diperlukan sinergi antara orang tua dan sekolah untuk menjadikan anak yang berkarakter. Tidak dipungkiri bahwa masyarakat awam menganggap keberhasilan pendidikan secara kuantitatif atau dengan nilai, paradigma inilah yang harus kita ubah bahwa pendidikan anak bukan hanya tentang nilai yang bagus tetapi tentang bagaimana merubah karakter anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karekter anak berasal dari pendidikan orang tua, pengembangan karakter dapat dilakukan di sekolah oleh guru. Oleh karena itu perlu kerjasama antara orang tua dan sekolah, pendidikan akan berhasil bukan hanya karena mempunyai nilai yang bagus saja tetapi perubahan karakter itulah yang terpenting. Harapan kita depannya semoga anak-anak kita menjadi anak yang berkarakter prima sehingga dapat memajukan pendidikan Indonesia.
Wening Rinasari, S.Pd
Guru SMP Negeri 3 Kalikajar