Membaca memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan generasi-generasi emas pembawa kemajuan. Dengan membaca akan meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan tentang apa saja yang ingin diketahui dengan mudah. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan : 2015:7). Sedangkan menurut Rahim (2008:2) membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Kegiatan membaca permulaan anak yang baru memasuki usia sekolah dasar merupakan perkara yang tidak mudah untuk dilakukan mengingat bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Masa transisi anak dari Taman Kanak-kanak ke Sekolah dasar menjadi menjadi salah satu penyebabnya, karena di masa ini anak lebih banyak melakukan kegiatan bermain daripada belajarnya. Sedangkan di Sekolah Dasar anak sudah dituntut untuk bisa mencapai kompetensi tertentu.
Pengaruh tempat tinggal dan kesadaran pendidikan orang tua desa dan kota berbeda, orang tua desa banyak yang sibuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan mereka tidak mempunyai waktu untuk memikirkan pendidikan. Berbeda dengan orang kota, walaupun mereka disibukkan dengan pekerjaan, mereka masih memikirkan pendidikan anak dengan memasukkan ke bimbingan belajar. Di kota, anak-anak yang baru memasuki sekolah dasar pada umumnya sudah pandai dan lancar dalam membaca. Sedangkan yang tinggal di daerah pedesaan, tidak banyak anak yang mampu membaca tanpa bimbingan, anak hanya mengenal huruf tetapi tidak dapat mengeja apabila huruf itu digabungkan. Tidak banyak anak yang baru memasuki usia sekolah dasar bisa membaca dengan lancar. Guru Sekolah Dasar seringkali dihadapkan pada anak yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan anak dalam memahami isi bacaan.
Siswa baru di SD Negeri Ketro 5 banyak mengalami kesulitan dalam membaca, bahkan ada yang tidak mengenal huruf sama sekali. Hal ini menjadikan pekerjaan guru semakin berat, karena guru harus mampu memberikan dan menyampaikan materi kepada siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Untuk mengatasi kesulitan anak dalam membaca permulaan ini guru menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Disini guru menggunakan Spelling Method atau metode mengeja dalam meningkatkan kemampuan anak dalam membaca permulaan. Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf dari abjad A sampai Z dan pengenalan bunyi atau fonem. Pembelajaran ini dimulai dengan memperkenalkan huruf secara alfabetis. Huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya. Kemudian murid diajarkan untuk memperkenalkan dengan suku kata dengan cara merangkai beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana.
Pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran membaca permulaan dimulai dari hal-hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak, yaitu dari hal-hal yang mudah akrab dan familiar dengan kehidupan murid menuju ke hal-hal yang baru bagi murid. Penggunaan media berupa kartu huruf akan membantu dan memudahkan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan spelling method (metode eja).
Ninik Minarni, S.Pd.
Guru SD Negeri 5 Ketro, Kec. Karangrayung, Kab. Grobogan