JATENGPOS.CO.ID, – Pada kegiatan pembelajaran matematika, seringkali guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara individual. Hal ini menyebabkan siswa kurang maksimal dalam mengerjakan, karena mereka tidak dapat saling bertanya jika mengalami kesulitan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran secara berkelompok merupakan salah satu alternatif mengatasi hal tersebut. Guru masa kini dituntut untuk mampu berkreatifitas dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Ketika mengajar, paling tidak guru dapat menerapkan sebuah model pembelajaran. Terdapat berbagai macam model-model pembelajaran interaktif yang dapat digunakan oleh guru. Menurut Permendikbud Nomor 22 tahun 2016, kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
Dalam pembelajaran matematika SMP kelas IX materi Bangun Ruang Sisi Lengkung, penulis merasa perlu menerapkan model pembelajaran “Two Stay Three Sray (TSTS)”. Penulis menerapkan model pembelajaran TSTS ini karena terinspirasi dari model pembelajaran “Two Stay Two Stray)”, artinya “Dua Tinggal Dua Tamu” yang dapat diterapkan pada kegiatan kelompok beranggotakan empat siswa.Karena jumlah siswa di kelas penulis sebanyak 30 siswa, maka dalam pembagian kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan lima siswa. Oleh karena itu istilah “TSTS” diadaptasi oleh penulis menjadi “Two Stay Three Stray” atau Dua Tinggal Tiga Tamu.
Sintaks model pembelajaran “TSTS”pada tahap awal, siswa berdiskusi dan bekerja sama membahas soal yang diberikan oleh guru dan menuliskan hasil pekerjaan mereka pada kertas kalender bekas yang telah disediakan oleh guru. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 5 (lima) siswa. Tigasiswadari masing-masing kelompok menjaditamu di kelompok lain, sedangkan duasiswa yang tinggaldalamkelompoknya sendiri bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ketamu mereka. Guru menentukan kemana siswa harus berkunjung dan meminta mereka saling berbagi informasi. Tiga siswa yang bertamu, berkunjung ke kelompok yang berbeda-beda sesuai dengan yang ditentukan oleh guru. Siswa yang berkunjung atau menjadi tamu, bertugas mengumpulkan informasi sebanyak-bayaknya dari kelompok yang dikunjunginya.Ketika telah selesai menggali informasi, tamu mohon diri dan kembalike kelompok masing-masing dan melaporkan temuan yang mereka peroleh dari kelompok yang dikunjunginya. Masing-masing kelompo kmencocok kan dan membahas hasil kerja mereka dengan hasil temuan yang mereka peroleh dari kelompok lain.
Ketika proses bertamu, terjadi komunikasi antara tamu dan tuan rumahnya. Demikian juga pada saat membahas hasil kerja dan hasil temuan, maka terjadi kerja sama antar anggota kelompok. Ternyata, yang biasanyakegiatan pembelajaran menuntut siswa bekerja secara individu, dengan menerapkan model pembelajaran “TSTS” dapat meningkatkan kerja sama siswa. Kerja sama siswa dapat diamati pada saat mereka berdiskusi di kelompok masing-masing, ketika bertamu maupun setelah kembali lagi ke kelompok masing-masing.
Endang Widiarti Ningrum, S. Si.
Guru SMP Negeri 1 Sapuran, Wonosobo