Mind Mapping Tingkatkan Kualitas Menulis Geguritan

Mundakir, S.Pd., M.Pd. Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Bae Kudus

Hadiwinata (1967: 129) menyatakan bahwa geguritan iku golongane sastra edi (puisi cengkok anyar, wedharing rasa edi, kelair basa kang laras runtut kao edining rasa, nnaging ora usah kecancang ing patokan-patokan, wilangan dhong- dhing kang tetep tinamtu, beda banget karo sipating tempat macapat lan sapanunggalane. “Geguritan adalah golongan sastra yang indah (puisi) Jawa cara baru yang mengungkapkan perasaan senang, ungkapan bahasa yang sesuai dengan keindahan rasa tetapi tidak berpedoman pada aturan guru gatra, guru wilangan dan guru lagu tertentu berbeda dengan sifat tembang macapat dan lain sebagianya”.

SMA Negeri 1 Bae adalah sekolah yang sudah menerapkan K-13 sejak awal diluncurkannya kurikulum baru tersebut. Dalam kurikulum tersebut terdapat muatan lokal yaitu Bahasa Jawa. Mata pelajaran bahasa Jawa merupakan bagian dari keseluruhan mata pelajaran yang diberikan pada tingkat Sekolah Menengah Atas dan juga merupakan salah satu bidang studi muatan lokal yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertujuan meningkatkan keterampilan berbahasa siswa di dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Jawa tersebut.

Baca juga:  Pembiasaan Mengurangi Stigma “Wong Jawa Ilang Jawane”

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMAN 1 Bae Kudus dalam berbahasa jawa masih kurang. Data siswa menunjukkan bahwa sekitar 98 % siswa adalah asli Jawa sisanya sekitar 2% berasal dari Papua, Sunda dan Sumatra. Meskipun demikian pembelajaran menulis geguritan pada siswa SMAN 1 Bae Kudus belum terlaksana dengan baik. Keterampilan siswa dalam menulis geguritan masih rendah. Siswa juga menunjukkan sikap tidak tertarik dan meremehkan kegiatan menulis.

Pada saat menulis geguritan sebagian siswa tidak langsung menulis geguritan karena tidak bisa menguraikan kata-kata yang indah untuk dijadikan teks geguritan. Pemahaman siswa terhadap manfaat menulis geguritan juga masih kurang, bahkan mereka terlalu ramai bercanda dengan teman sebangkunya. Hal ini menjadi keprihatinan bagi penulis yang sekaligus guru bahasa Jawa. Melihat kondisi tersebut penulis melakukan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis, sehingga penulis menerapkan metode pembelajaran dengan Mind Mapping.

iklan
Baca juga:  Guru Lintas Mapel Ikuti PembaTIK

Menurut Sani ( 2014: 240) Mind Mapping adalah salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi dengan pemetaan pikiran. Hasil Mind Mapping berupa Mind Map. Mind Mapping adalah suatu diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata- kata, ide- ide, tugas- tugas, ataupun suatu yang lainnya dikaitkan dan disusun mengelilingi kata kunci ide utama.

Proses menulis geguritan dengan mind mapping guru menjelaskan tujuan dan materi dengan jelas. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok dibekali dengan sumber belajar seperti koran, artikel, majalah dan lainnya. Siswa ditugaskan untuk membuat mind map. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk memprsentasikan hasil kerja kelompoknya. Di akhir kegiatan guru melakukan evaluasi untuk menilai kemajuan kelompok dan hal yang dicapai serta melakukan refleksi.

Baca juga:  Joyful Learning Tingkatkan Hasil Belajar Matematika

Kualitas proses pembelajaran menulis geguritan di kelas SMA Negeri 1 Bae Kudus mengalami peningkatan setelah diterapkannya metode mind mapping (peta pikiran). Kelas menjadi lebih hidup, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat. Siswa pun menjadi lebih fokus saat menyimak.

Siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran dan terlihat begitu senang dan bersemangat. Dalam berdiskusi menulis geguritan secara berkelompok. Rasa saling berbagi pun tumbuh. Bagi guru metode mind mapping (peta pikiran) yang diterapkan dapat menumbuhkan peran guru yang dulunya berperan sebagai pusat pembelajaran menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran.

Mundakir, S.Pd., M.Pd.
Guru Bahasa Jawa
SMAN 1 Bae Kudus

iklan