Bentuk Karakter Siswa Melalui Edukasi Etika Berkomunikasi Digital

Tarmiyah Temu, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan diharapkan dapat memelihara nilai-nilai yang ada dalam masyarakat agar tetap dilestarikan serta sebagai sarana mengembangkan manusia berbudi pekerti luhur (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003). Karena itu pendidikan memiliki peran dalam membentuk karakter siswa.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di era pandemi Covid-19 mengharuskan para siswa untuk menggunakan media sosial seperti Wa, Telegram, maupun E-mail untuk berkomunisikasi dengan teman maupun bapak/ibu guru. Begitu pun dengan kegiatan pembelajaran, pembelajaran di era pandemi dilaksanakan dengan cara BDR (Belajar Dari Rumah). Istilah BDR pertama kali dikenalkan pada saat munculnya pandemi covid19 di Indonesia, yakni sejak dikeluarkannya edaran Mendikbud Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di lingkungan Kemdikbud (Rina, 2020).

Di era pandemi ini, pendidikan karakter anak dimulai dari pembentukan etika berkomunikasi digital. Anak-anak sudah tidak asing lagi menggunakan media sosial untuk berkomunikasi antarteman. Bahasa yang mereka gunakan lebih cenderung menggunakan bahasa Slang yang terkadang menyimpang dari kaidah konteks dan kesantunan berbahasa. Oleh karena itu, memberikan edukasi etika berkomunikasi digital sangat perlu dilakukan. Peserta didik harus memperhatikan etika-etika ketika akan berkomunikasi dengan Bapak/Ibu guru. Etika-etika tersebut meliputi:

Baca juga:  Role playing Tingkatkan Prestasi Belajar IPS

Pertama pemilihan Waktu yang Tepat. Di era digital ini, komunikasi dapat dilakukan  kapanpun melalui media sosial. Namun, hal itu tidak berlaku apabila peserta didik akan berkomunikasi dengan Bapak/Ibu guru. Peserta didik harus memperhatikan waktu saat akan mengirim pesan kepada Bapak/Ibu guru, yaitu pada jam kerja, tidak tengah malam, dan sesuai dengan kesepakatan aturan yang mungkin telah dibuat oleh bapak/ibu guru sebelumnya.

iklan

Kedua Penggunaan Bahasa Formal. Peserta didik harus paham, bahwa Bapak/Ibu guru bukanlah teman sebaya. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan harus menggunakan bahasa baku atau bahasa yang resmi.  Dalam berkomunikasi dengan Bapak/Ibu guru, dilarang keras menggunakan bahasa Slang dan singkatan-singkatan dalam mengirim pesan, seperti td, sy, brp.

Ketiga Awali Pesan dengan Salam. Menggunakan salam untuk mengawali komunikasi adalah hal yang diharuskan, hal ini merupakan bagian penting dalam kesantunan berbahasa, baik komunikasi langsung tatap muka ataupun  secara daring/online. Salam yang bisa digunakan peserta didik untuk berkomunikasi antara lain; “Assalamualaikum…, selamat pagi…/Siang/Sore.”

Baca juga:  ODL Tumbuhkan Coco and Cafein

Keempat Jangan Lupa Meminta Maaf. Selain salam, penggunaan kata maaf juga sangat penting dari perspektif kesantunan berbahasa. Permintaan maaf menunjukkan karakter siswa yang sopan dan rendah hati. Contoh penggunaan kata maaf dalam komunikasi digital: “Mohon maaf telah mengganggu Bapak…”

Kelima memperkenalkan Diri . Yang perlu diketahui peserta didik adalah tidak semua Bapak/Ibu guru mengenali siswa-siswinya. Oleh karena itu, sebelum menuliskan maksud, hal wajib yang harus dilakukan adalah memperkenalkan diri, dari nama, kelas, dan nomor absen. Dengan begitu, guru akan mudah mengenali siswanya dan melanjutkan komunikasi. Contoh perkenalan: “Nama saya Adi, kelas 7F nomor absen 2..”

Keenam menjelaskan Maksud dan Tujuan. Setelah memperkenalkan diri, peserta didik diharapkan dapat menjelaskan maksud dan tujuan menghubungi Bapak/Ibu guru. Contohnya, “Saya ingin menanyakan terkait tugas Bahasa Indonesia, apakah ditulis tangan atau diprint, Pak?”

Ketujuh  akhiri dengan ucapan terima kasih dan salam penutup. Setelah maksud dan tujuan sudah tersampaikan, jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dan diakhiri dengan salam penutup. Contoh: “Terima kasih Pak atas waktunya, wassalamualaikum, selamat pagi/siang/sore”.

            Pendidikan karakter merupakan perwujudan dalam mencapai generasi cerdan dan memiliki kepribadian. Suksesnya pendidikan dilihat dari seberapa besar karakter peserta didik bisa menyeimbangkan kognitif, afektif dan psikomotornya untuk menjadi manusia yang sempurna (Harri Jumarto, 2021). Pembentukan karakter peserta didik di era pandemi ini menjadi hal yang sangat penting, oleh karena itu edukasi etika berkomunikasi digital bagi peserta didik menjadi langkah untuk membentuk karakter peserta didik di era digital.

Baca juga:  Recipprocal Teaching Tingkatkan Pemahaman Pembelajaran Menyayangi Tumbuhan dan Hewan

Oleh:

Tarmiyah Temu, S.Pd., M.Pd.

Kepala SMPN 3 Purworejo

iklan