JATENGPOS.CO.ID, – Membicarakan cinta berarti membicarakan sesuatu yang indah dan menarik. Apalagi kalau kata cinta ini dikaitkan dengan kehidupan dua sejoli, laki-laki dan perempuan. Bukan hanya bagi remaja, bagi orang dewasa/tua kata cintapun masih menarik untuk dibicarakan. Namun di sini, Penulis ingin membahas cinta dalam arti yang luas. Cinta pada Tuhan semesta alam, cinta pada sesama, cinta pada alam sekitar, serta cinta pada diri sendiri. Semua cinta itu bisa ditemukan dalam diri Pramuka sejati.
Pramuka (Praja Muda Karana) merupakan sebutan untuk mereka yang aktif dalam organisasi gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka merupakan organisasi yang mendunia. Gerakan ini diawali oleh Boden Powel pada tahun 1907 dengan mengadakan perkemahan yang pertama kali di pulau Brownsea. Setelah itu Gerakan Pramuka berkembang pesat ke seluruh dunia. Hal ini terjadi setelah beliau menulis buku “Scouting for Boys”.
Kemudian, ada apa dengan Pramuka sehingga bisa menumbuhkan cinta? Cinta yang seperti apa? Gerakan Pramuka merupakan organisasi pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kaum muda yang dilandasi sistem among. Sistem among berasal dari bahasa Jawa “mong” atau “ngemong” yang artinya mengasuh. Dan dalam sistem among itu mesti dilandasi dengan cinta bagi orang dewasa yang “ngemong” agar nantinya menumbuhkan benih-benih cinta dalam diri anggota gerakan Pramuka.
Benih-benih cinta apa yang ingin ditumbuhkan dalam diri Pramuka? Cinta yang ingin ditumbuhkan merupakan cinta yang universal. Hal ini sesuai dengan nilai dan prinsip dasar kepramukaan. Nilai-nilai kepramukaan tersebut antara lain “Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Nilai ini merupakan nilai yang paling mendasar dalam gerakan Pramuka. Pramuka merupakan insan yang beriman dan bertakwa, melandaskan kehidupannya pada kecintaan kepada Sang Pencipta.
Nilai kepramukaan berikutnya adalah “Kecintaan pada alam dan sesama manusia”. Sebagai insan beriman Pramuka harus menyadari bahwa Tuhan menciptakan manusia bersama dengan alam semesta. Alam semesta diciptakan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia bukan hanya untuk generasi saat ini akan tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Dengan demikian dalam diri Pramuka ditumbuhkan rasa cinta pada alam, dengan memanfaatkan sewajarnya dan menjaganya untuk generasi yang akan datang.
Selain cinta pada alam, Pramuka juga harus cinta pada sesama manusia. Bentuk cinta pada sesama manusia bisa diwujudkan dengan peduli sesama manusia, saling tolong-menolong, menyingkirkan rasa ego. Kecintaan Pramuka pada alam dan sesama manusia ini bersifat universal melampaui batas-batas wilayah negara. Dan kecintaan pada sesama manusia ini tanpa memandang ras, suku, agama ataupun golongan tertentu.
Setelah cinta kepada Sang Pencipta, alam semesta, dan sesama manusia, nilai kepramukaan berikutnya adalah “kecintaan pada tanah air dan bangsa”. Tanah air merupakan tempat seseorang berpijak. Tempat di mana dia menikmati kehidupan, mendapatkan perlindungan. Maka sangat wajarlah seseorang mencintai tanah airnya, menjaganya, dan mengharumkan nama bangsanya. Begitupun dengan Pramuka, kecintaan pada tanah air dan bangsa sangat ditanamkan dalam sanubarinya. Cinta tanah air berarti menanamkan dalam hatinya rasa tak rela bila ada yang merendahkannya, menjaganya agar tetap tercipta kedamaian, menjauhi tindakan-tindakan yang merusak persatuan dan kesatuna, serta melakukan hal-hal yang dapat mengharumkan nama bangsa di dunia internasional.
Cinta itu indah maka carilah cinta. Dan cinta itu dapat tumbuh di gerakan Pramuka. Maka menggiatkan kegiatan kepramukaan adalah hal yang sangat penting terutama di lembaga pendidikan formal. Menanamkan nilai-nilai kepramukaan berarti menumbuhkan cinta kepada Sang Maha Pencipta, cinta pada alam dan sesama manusia, serta cinta pada tanah air dan bangsa.
Sri Mulyani, S.Pd.
Guru SMP Negeri 1 Tirtomoyo, Wonogiri