Pembelajaran matematika merupakan bagian penting dari pendidikan seorang siswa. Penjumlahan bilangan bulat (bil-bul) adalah salah satu operasi mendasar yang harus dipelajari para siswa agar mereka mampu memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan alat peraga yang sesuai, pastilah dapat membantu memaksimalkan hasil pembelajaran penjumlahan bilangan bulat bagi siswa, karena hal ini memberikan pendekatan yang praktis untuk memahami dan memvisualisasikan operasi bilangan bulat. Alat peraga juga dapat digunakan untuk memperkuat konsep seperti nilai tempat dan pengelompokan ulang, yang diperlukan untuk memahami cara menjumlahkan bilangan bulat dengan benar. Dengan alat peraga yang tepat, guru dapat memastikan bahwa siswanya memiliki dasar yang kuat untuk menjumlahkan bilangan bulat dan terampil dalam mengimplementasikan dalam kehidupan nyata dikemudian hari.
Menurut Faizal (2010) alat peraga adalah instrumen audio/visual yang digunakan pendidik untuk membantu proses pembelajaran agar lebih menarik minat siswa dalam mendalami pengetahuan yang ingin disampaikan. Kemudian, Jihad dan Haris (2010:15) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.
David Glover (2004:29) berpendapat bahwa “integer merupakan nama lain dari bilangan bulat. Bilangan bulat dapat berupa bilangan bulat positif seperti 1, 2, 3 dan seterusnya; atau bilangan bulat negatif seperti -1, -2, -3, dan seterusnya. Nol juga merupakan bilangan bulat.
Selaras dengan hal tersebut, penulis sebagai guru kelas di SD Negeri Bandarharjo 01 Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang pernah mendapatkan pengalaman ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang membahas tentang penjumlahan bilangan bulat (bil-bul). Pada saat itu, sebagian besar siswa banyak yang belum paham tentang materi yang diberikan oleh guru sehingga hasil belajarnya pun banyak yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.
Setelah melakukan refleksi diri, guru menyadari bahwa kekurangpahaman sebagian besar siswa yang berdampak pada hasil belajar mereka pada materi penjumlahan bilangan bulat (bil-bul), salah satunya disebabkan karena penggunaan metode/media pembelajaran yang kurang tepat. Dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan media/alat peraga berupa video pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian tugas latihan soal yang masih membingungkan siswa. Selanjutnya, guru mencoba berbagai metode dan media pembelajaran/alat peraga yang dapat memberikan kemudahan pemahaman bagi siswa. Sampai akhirnya guru menemukan metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga berupa koin positif dan negatif (menurut hemat penulis menyebutnya dengan “Ko Pone”).
Alat peraga “Ko Pone” ini dapat dibuat sendiri oleh siswa dengan menggunakan kertas yang tebal (karton/kardus). Dari bahan tersebut, siswa menjiplak tepi uang logam (koin) yang mereka punya (berbentuk bangun datar lingkaran) kemudian mengguntingnya dan menuliskan lambang positif (+) dan negatif (-) pada masing-masing koin yang mereka buat.
Penggunaan alat peraga Ko Pone dalam penjumlahan bil-bul adalah dengan memasangkan koin positif dan negatif. Misalnya dalam pengerjaan soal 8 + (-5), siswa dapat mengambil koin positif (+) sebanyak delapan buah dan koin negatif (-) sebanyak lima buah. Kemudian dari koin tersebut siswa memasangkan koin positif (+) dan koin negatif (-) tersebut. Ada 5 pasang Ko Pone dan tersisa koin positif (+) sebanyak 3 buah, berarti hasil penjumlahan bil-bul dari 8 + (-5) adalah positif tiga (3). Kesimpulannya bila koin positif (+) dan koin negatif (-) berpasangan, maka artinya impas atau sama dengan nol (0).
Dengan menggunakan alat peraga Ko Pone ini, sebagian besar siswa SDN Bandarharjo 01 Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang lebih memahami materi bahkan lebih menguasai keterampilan mengoperasikan penjumlahan bilangan bulat (bil-bul). Siswa sangat antusias dalam pembelajaran karena alat peraga yang digunakan membuat mereka sangat tertarik dan senang.
Penulis sebagai guru berharap penggunaan alat peraga Ko Pone yang menarik perhatian siswa ini dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran pada materi penjumlahan bilangan bulat di sekolah-sekolah lain.
Oleh:
Anita Retnowati
Guru Kelas SDN Bandarharjo 01