JATENGPOS.CO.ID, – Literasi saat ini sudah menjadi satu istilah yang paling populer di dunia pendidikan. Sejak dicanangkankannya Kurikulum 13 Revisi, literasi menjadi salah satu komponen yang dimasukan dalam proses belajar mengajar. Bahkan dalam RPP, kegiatan literasi harus ada. Limabelas menit diawal pembelajaran, siswa harus melakukan kegiatan ini.
Berbagai langkah bisa dilakukan dalam mengaplikasikan kegiatan literasi ini. Semua tergantung kreativitas guru. Yang terpenting adalah, bagaimana menumbuhkan minat dan daya baca siswa dengan cara yang menarik dan tidak membuat siswa merasa terpaksa. Seorang guru bisa meminta siswa siswa untuk membawa buku dari rumah, atau meminjam dari perpustakaan atau buku yang tersedia di tiap-tiap pojok gazebo baca. Setelah limabelas menit membaca, guru bisa meminta siswa untuk membuat rangkuman. Siswa bisa menuliskannya di buku khusus, diselembar kertas yang kemudian ditempel di streofoam, atau digantung pada sebuah pohon kecil/bonsai.
Kegiatan lierasi diatas umumnya dilakukan dalam ruang kelas atau perpustakaan. Tetapi bagaimana jika kegiatan literasi ini dilakukan didalam bengkel praktek? Bengkel otomotif misalnya. Seperti kita tahu, ruang bengkel otomotif identik dengan kendaraan praktek, peralatan bengkel, bensin, oli dan sebagainya. Mengajar praktek yang hampir sepanjang hari dibengkel merupakan hal yang menyenangkan sekaligus menantang. Seorang guru praktek dengan mobilitas tinggi harus bergerak kesan kemari melayani setiap siswa yang membutuhkan bimbingan. Mengatasi segala keluh kesah siswa.
Literasi di bengkel
Pada dasarnya kegiatan literasi bisa dilakukan dimana saja. Termasuk didalam bengkel sekalipun. Guru harus mencari taktik dan cara agar siswa yang dibengkel juga bisa melaksanakan kegiatan literasi ini dengan nyaman. Lalu bagaimana langkahnya? Pertama, bengkel sebaiknya dibagi menjadi dua; ruang praktek dan ruang teori. Kedua, sediakan buku buku di pojok pojok ruang teori bengkel, yang disimpan dalan rak yang rapi. Menyimpan koleksi buku bacaan dibengkel seperti ini juga mengurangi siswa siswa untuk bermain game atau media sosial saat break/istirahat. Ketiga, sediakan tempat untuk menyimpan kumpulan hasil rangkuman siswa. Karena setelah selesai membaca, siswa diminta untuk membuat kesimpulan/rangkuman dari buku yang dibaca. Satu hari cukup satu bab, mengingat waktunya hanya limabelas menit. Tempat menyimpan kumpulan rangkuman ini bisa berupa whiteboard, lembar streofoam, buku atau potongan karton yang digantung pada pohon bonsai. Kalau menggunakan pohon bonsai, sebaiknya diletakan di luar bengkel.
Sebelum siswa memulai pelajaran praktek, siswa dipersiapkan terlebih dahulu didepan bengkel. Mereka masuk ruang teori bengkel dan mulai membaca buku buku yang tersedia didalamnya. Boleh juga membaca buku yang dibawa dari rumah bagi yang mempunyai koleksi sendiri. Dan yang jangan dilupakan adalah, guru juga ikut dalam kegiatan literasi ini dengan mendampingi siswa siswa yang sedang membaca, dengan ikut duduk didalamnya dan membaca. Jangan sekali sekali meninggalkan siswa yang sedang membaca, untuk sekedar mengobrol diluar atau bermain handphone. Karena hal ini akan membuat siswa siswa merasa tidak diperhatikan dan menurunkan passion mereka dalam membaca.
Kebiasaan membaca seperti ini memang harus dibiasakan dilingkungan pendidikan, dimanapun mereka berada. Bahkan dibengkel otomotif sekalipun. Memang terdengar agak terlambat jika kebiasaan membaca ini diterapkan di siswa setingkat SMK. Membiasakan anak agar suka membaca sebaiknya dilakukan sejak dini. Mendongeng dan bercerita adalah cara menumbuhkan gemar membaca.
Hartono
SMKN 1 Kedawung Sragen