Keberhasilan satuan pendidikan (sekolah) ditentukan oleh Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang baik. RKS terdiri dari Rencana Kerja Jangka Panjang (RKJP), Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM), dan Rencana Kerja Tahunan (RKT). Berdasarkan ketentuan Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan Pendidikan yang mengamanatkan penyusunan RKS harus memuat kejelasan mengenai: 1) kesiswaan, 2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran, 3) pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya, 4) sarana dan prasarana, 5) keunganan dan pembiayaan, 6) budaya dan lingkungan sekolah, 7) peran serta masyarakat dan kemitraan, dan 8) rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu.
Berdasarkan hasil kajian penulis tentang tentang pengelolaan RKJM dan RKT SD Negeri 5 Karangrau tahun 2016 – 2020 diperoleh gambaran bahwa Tim Pengembang Sekolah (TPS) belum bekerja secara optimal. Kepala sekolah sudah melibatkan beberapa guru dan tenaga kependidikan tetapi mereka belum bekerja dalam satu organisasi yang baik. Mereka bekerja tidak berdasarkan pembagian kerja sebuah tim. Komponen dalam RKS belum lengkap, hal ini ditandai belum ada indikator kinerja yang jelas. Alasan inilah yang mendasari penulis memilih tindakan kepemimpinan untuk memberdayakan Tim Pengembang dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah tahun 2020 – 2024.
Tracy (2006) menyatakan bahwa teamwork merupakan kegiatan yang dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Teamwork dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian-bagian perusahaan. Biasanya teamwork beranggotakan orang-orang yang memiliki perbedaan keahlian sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pernyataan di atas diperkuat Dewi (2007), kerja tim adalah bentuk kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah tugas.
Pada awal kegiatan tindakan kepemimpinan, penulis selaku kepala sekolah membentuk Tim Pengembang Sekolah (TPS). Pengawas sekolah sebagai pengarah, kepala sekolah sebagai penanggung jawab, dan guru senior sebagai ketua. Sedangkan anggota tim terdiri dari guru, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan orang tua murid. Untuk mengetahui seberapa jauh kinerja TPS, penulis membagi langkah-langkah penyusunan RKS dalam dua tahap. Tahap pertama adalah penyusunan dokumen penilaian (asessmen) yang terdiri dari Evaluasi Diri Sekolah, penetapan mutu profil, dan identifikasi tantangan. Sedangkan tahap kedua adalah penyusunan program kegiatan, program pembiayaan, dan penyusunan RKS.
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap kinerja TPS diperoleh capaian kinerja sebesar 72%. Sedangkan progress baru mencapai 16% diukur dari kondisi awal. Partisipasi dan hubungan sosial antar anggota tim berada pada kategori sedang. TPS belum memahami sepenuhnya tentang tahap-tahap penyusunan RKS. TPS juga belum memahami pembagian tugas dan peran masing-masing. Penulis dalam pendampingan melakukan penjelasan kembali secara personal tentang tahap penyusunan RKS dan tugas masing-masing anggota tim. Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara semi-formal agar suasana tetap nyaman dan menghasilkan perencanaan dan keputusan yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada tahap kedua diperoleh capaian kinerja sebesar 92% atau mengalami kemajuan sebesar 20% dibanding pada tahap pertama. Setelah penyusunan Rencana Kerja selesai, kemudian dilakukan sidang pleno untuk pengesahan dan persetujuan.
Tindakan kepemimpinan ini menghasilkan dua keuntungan yaitu Tim Pengembang Sekolah bekerja secara optimal dan tersusunnya dokumen Rencana Kerja Sekolah yang lebih baik dibanding RKS pada periode sebelumnya.
Jumadi, S.Pd
Kepala SD Negeri 5 Karangrau
Kec. Banyumas Kab. Banyumas