Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat membekali siswa dengan keterampilan, tidak hanya pengetahuan saja. Keterampilan menulis cerpen merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa di kelas IX semester 1.
Pembelajaran menulis cerpen sering dirasa sulit oleh siswa sehingga membuat minat, kreatifitas, dan hasil belajar yang diperoleh siswa cenderung kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil menulis cerpen siswa masih monoton, kurang bervariasi, atau kurang kreatif. Seperti yang dialami oleh siswa kelas IX Mts Al Hidayah Genengadal Toroh pada semester 1 tahun 2020. Para siswa kelihatan merasa terbebani atau tidak bergairah. Kalimat-kalimat cenderung monoton, datar, tidak berkonflik cenderung seperti laporan perjalanan dan alur cerita kurang runtut.
Ada beberapa faktor yang membuat minat, kreativitas, dan kemampuan menulis cerpen siswa rendah, diantaranya kepedulian guru dalam mengajarkan menulis cerpen masih kurang, pelaksanaan pembelajaran yang cenderung dengan cara ceramah dan tugas saja, tidak adanya pendekatan pembelajaran yang menarik sehingga siswa kurang berminat dan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Agar pembelajaran menulis cerpen ini disukai oleh siswa maka pelaksanaan pembelajaran haruslah menyenangkan dan menantang. Guru harus mampu membangkitkan minat dan kreativitas siswa serta mampu membawa siswa agar merasa mengalami sendiri apa yang disampaikan sehingga siswa merasa tertantang untuk menggali pengalaman yang dirasakan dalam proses pembelajaran ini. Dengan demikian setelah anak mengalami sendiri dan mampu menggali pengalaman maka diharapkan siswa akan merasa senang mengikuti pembelajaran menulis. Setelah siswa senang dengan pembelajaran menulis tentunya diharapkan siswa mampu memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan uraian tersebut, rendahnya minat menulis cerpen dipengaruhi kurangnya minat, kreativitas dan kemampuan siswa dalam belajar menulis cerpen serta monotonnya pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia khususnya menulis cerpen tentu juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor itu berupa minat, kreativitas siswa, metode, pendakatan, dan teknik pembelajaran yang digunakan.
Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan menulis cerpen merupakan bagian dari aspek berbahasa yang harus dipelajari oleh siswa MTs . Tujuan pembelajaran menulis Cerpen adalah agar siswa dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalamannya melalui kegiatan menulis kreatif. Agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai, idealnya pembelajaran menulis cerpen dirancang, direncanakan dan dilaksanakan untuk menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif .
Salah satu penyebab ketidakberhasilan dalam pembelajaran menulis cerpen adalah pemilihan pendekatan yang kurang tepat. Menulis cerpen seharusnya dipandang sebagai kreativitas seseorang sehingga pendekatan yang diterapkan adalah bagaimana proses kreatif itu terjadi, bukanya hasil akhir.Pendekatan ini lebih menekankan pada proses terciptanya suatu hasil, bukan hasil itu sendiri. Bila yang ditekankan hasil, maka para siswa akan cenderung menyodorkan hasil, sehingga yang terjadi adalah pengambilan jalan pintas dengan mengabaikan proses, misalnya menjiplak sebagian atau seluruhnya dari cerita pendek yang ada . Maka pendekatan kontektual akan mempermudah siswa dalam proses menulis cerita pendek.
PURNOMO,S.Pd
Guru Mts Al Hidayah Genengadal Toroh Grobogan