Pertamina TBBM Boyolali Workshop Membatik untuk Difabel

Peresmian workshop Sriekandi Patra. Foto : aji jarmaji/jateng pos
Peresmian workshop Sriekandi Patra. Foto : aji jarmaji/jateng pos

JATENGPOS.CO.ID, BOYOLALI – “Disabilitas tidak menghalangi kami untuk memberikan karya spesial untuk anda. Terima kasih telah mengapresiasi karya saya”. Kalimat tersebut tertera pada label kain batik tulis produksi sekelompok penyandang disabilitas di Boyolali.

Mereka tergabung dalam kelompok Sriekandi Patra. Merupakan nama kelompok difablepreneur binaan dari PT Pertamina Terminal BBM (TBBM) Boyolali melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

General Manager Marketing Operation Region (MOR) IV, IIn Febrian, mengatakan pemberdayaan penyandang disabilitas telah dirintis sejak sekitar tiga tahun lalu. Produk batik tulis karya penyandang disabilitas ini terus berkembang dengan baik.

Para difabel terus berkarya dan dan mengembangkan motif-motif batik tulis khas Sriekandi Patra. Bahkan di Tahun 2018, kelompok ini mampu mencatatkan omset hingga Rp 50 juta dalam setahun. Selain itu, juga ada satu motif batik produksi Sriekandi Patra yang telah dipatenkan, yaitu motif Lembu Patra.


Baca juga:  Dies Natalis ke-50 Univet Bantara, Siap Go Publik

Melihat adanya peningkatan perkembangan bisnis kelompok usaha binaannya tersebut, CSR Terminal BBM Boyolali mendirikan lokasi workshop bagi difabelpreneur tersebut. Yaitu, Sanggar Inspirasi Karya Inovasi (Sriekandi) Patra yang berlokasi strategis di tepi jalan desa Tawangsari.

“Difablepreneur terlah berlangsung lebih kurang tiga tahun. Dimulai dari inisiasi awal dan alhamdulillah berkat kolaborasi dengan pemerintah daerah dengan desa setempat, ini kita laksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Sampai pada saat ini kita telah membuatkan workshop yang representatif untuk kawan-kawan disabilitas kita dapat berkarya dengan sangat baik,” ujar Iin Febrian di sela peresmian workshop Sriekandi Patra di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Boyolali, Jumat (18/10).

Menurut Iin Febrian, pada saat awal terbentuk hingga kemarin, kelompok ini membatik di teras rumah salah satu warga Desa. Melihat kondisi tersebut, TBBM Boyolali membangunkan lokasi workshop diatas tanah milik desa.

Baca juga:  Ketagihan Sabu-Sabu, Pria di Kabupaten Semarang Tanam Ganja

“Gedung workshop ini kami lengkapi juga dengan sejumlah fasilitas penunjang ramah difabel. Dilengkapi peralatan penunjang kegiatan membatik, fasilitas alat bantu penyandang disabilitas, kamar mandi ramah disabilitas, hingga showroom produk,” jelas Iin.

Sebagai kegiatan lanjutan, akan dilaksanakan berbagai kegiatan pelatihan ketrampilan untuk penyandang disabilitas sebagai upaya meningkatkan kapabilitas.

“Kami harap lokasi workshop ini dapat menjadi ruang bagi para difabel lainnya untuk belajar batik dan berkarya. Sehingga para difabelpreneur ini dapat mandiri dan kedepannya Desa Tawangsari ini dapat menjadi Desa Inklusi yang produktif, ekonominya berkembang serta menjadi inspirasi bagi desa-desa lainnya,” harap Iin.

Sementara itu salah seorang pengelola Sriekandi Patra, Siti Fatimah, mengatakan pemasaran batik tulis produksi Sriekandi Patra sejauh ini lebih banyak secara offline. Namun juga dipasarkan melalui online.

Baca juga:  Pemkab Sragen Anggarkan Pembelian Invermactin

“Setiap hari produksi. Ini kami sedang mengerjakan pesanan sarung bantal sofa untuk souvenir,” ujar dia.

Motif batik yang diproduksi, jelas dia, lebih banyak motif bunga-bunga dan tumbuhan. Namun demikian, mereka juga mengerjakan sesuai pesanan konsumen yang ada di katalog.

“Pemasaran masih offline, kami ikut pameran-pameran dan ada pemesanan juga. Kita juga pasarkan melalui online,” tandasnya. (aji/bis/rit)