JATENGPOS.CO.ID, – Arus globalisasi semakin dirasakan oleh masyarakat tanpa memandang usia.Baik dampak positif maupun dampak negatife. Salah satu dampak negatife yang sangat dirasakan kita sebagai pendidik sekaligus orang tua adalah berkurangnya atau menurunnya akhlak anak. Masalah yang satu ini adalah masalah yang berat bagi kita,masalah yang harus membutuhkan perhatian besar bagi kita semua. Karena inti dari pendidikan adalah pendidikan akhlak,sebab tidak ada artinya orang hebat,orang cerdas,jenius jika tidak berakhlak mulia. Jadi,akhlak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan ini. Lalu, bagaimana upaya kita untuk menanamkan pendidikan akhlak pada anak di sekolah?.
Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu alkhulqu,al khuluq yang mempunyai arti watak ,tabiat,keberanian, atau agama. Secara istilah akhlak menurut Ibnu Maskawaih ( 421H ) adalah “suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan – tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya , adapula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi,pada mulanya tindakan itu melalui pemikiran dan pertimbangan,kemudian dilakukan terus menerus,maka jadilah suatu bakat dan akhlak”. Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari dua hal,yaitu tabiat dan dari lingkungan. Dengan kata lain, akhlak dapat terbentuk dari kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang. Jika kebiasaannya tidak baik maka akan terbentuk akhlak yang buruk,jika kebiasaanya baik maka akan terbentuk akhlak yang baik.
Di sekolah melalui program pembiasaan yang dituangkan dalam kurikulum, dilaksanakan dalam rangka menanamkan akhlak mulia pada anak didik. Program itu diantaranya pelaksanaan sholat dzuhur berjama’ah yang dilanjutkan dengan pemberian materi Anak Beriman dan Berkepribadian ( ABB ). Program ini dilaksanakan setiap hari Senin – Kamis yang pelaksanaannya terjadwal untuk kelas 4 – 6. Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan wudhu dengan pengawasan guru,kemudian adzan dilanjutkan sholat berjama’ah. Harapannya anak terbiasa untuk sholat berjama’ah. Walaupun pada awalnya mungkin anak merasa terpaksa karena pulang lebih siang dibanding dengan kelas lainnya. Tetapi lama-kelamaan anak terbiasa apalagi pemberian materi Anak Beriman dan Berkepribadian dilengkapi dengan cerita – cerita nabi untuk menjadi teladan bagi anak.
Pembiasaan yang lainnya adalah anak dibiasakan bersalaman dengan Bapak dan Ibu guru serta dengan sesama teman dalam kelasnya. Anak laki-laki bersalaman dengan teman laki-lakinya,anak perempuan bersalaman dengan teman perempuannya ketika pagi memasuki kelas dan siang ketika akan pulang setelah pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk membiasakan anak berjabat tangan,selain itu akan meningkatkan kerukunan dan meminimalisir terjadinya perselisihan. Dengan pembiasaan-pembiasaan tersebut walaupun dengan hal kecil anak akan terbentuk akhlak yang baik, yang akan melekat dan terbentuk sampai dewasa dan tidak dapat dirubah dengan mudah.
Pembiasaan tersebut adalah sebagian kecil yang dapat diupayakan di sekolah. Karena pendidikan tidak hanya didapat dari sekolah. Waktu untuk anak lebih lama di rumah dibandingkan dengan di sekolah. Oleh karena itu,pembiasaan serta keteladanan dari orang tua dan keluarga di rumah dan lingkungan masyarakat turut membentuk akhlak anak. Upaya ini tidak akan berhasil tanpa dukungan keluarga dan kondisi lingkungan masyarakat yang tidak baik.
Sebagai contoh anak berusaha didisiplinkan dengan sholat berjama’ah di sekolah,tetapi ketika di rumah anak melihat orang tuanya saja tidak melaksanakan sholat. Tentu hal ini akan membuat suatu kondisi yang sangat tidak mendukung. Terjadi keadaan motivasi yang sangat berbeda dengan hati anak. Kekuatan rasa semangat untuk melaksanakan sholat berkurang. Untuk itu tekad untuk membentuk akhlak mulia ini perlu sekali kerja sama antara sekolah dan pihak orang tua di rumah. Selain itu,kita harus yakin,kalau kita itu bisa. Kita itu akan berhasil dalam membentuk akhlak yang baik. Karena sekali lagi, akhlak adalah modal utama dalam membangun generasi kita ,generasi bangsa. Sehingga diharapkan menjadi bangsa yang kuat dan tangguh, yang tidak akan mudah goyah dengan berbagai bentuk penjajahan.
Badriyah, S.Pd.SD.
Guru SD Negeri Kaliurip, Kec. Bener, Kab. Purworejo