Role Play Tingkatkan Kemampuan Berhitung ATG

Yuni Sulistyaningsih, S. Pd SLB C Shantiyoga
Yuni Sulistyaningsih, S. Pd SLB C Shantiyoga

Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari berhitung. Berhitung merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa ATG. ATG singkatan dari anak tunagrahita. Tunagrahita merupakan fenomena yang kompleks. Pemahaman tentang tunagrahita berkembang seiring berjalannya waktu. Siswa tunagrahita adalah peserta didik yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. (Direktorat PKLK, Pedoman Pelaksanaan Identifikasi dan Asesmen, 2017:14).

Role play adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. siswa diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik menjual dan membeli bersama teman-temannya pada situasi tertentu.

Adanya hambatan fungsi intelektual, membuat anak tunagrahita lebih sulit menguasai kemampuan berhitung karena bersifat abstrak sedangkan proses belajarnya harus diawali dari benda konkrit. Proses belajar berhitung menurut Jerome, S. Bruner terdapat 3 tahap penting. Tiga tahap penting yaitu tahap 1. enaktif, 2. ikonik, dan 3. Simbolik (Isrok’atun, 2018:14). Tahap enaktif belajar berhitung dipelajari dengan aktif menggunakan benda asli atau benda nyata. Tahap ikonik belajar berhitung disajikan dalam bentuk gambar benda asli dari tahapan enaktif. Tahapan simbolik proses pembelajaran berhitung disajikan dalam simbol-simbol, huruf, atau lambang bilangan.

Baca juga:  Optimalisasi Sudut Kelas sebagai Sumber Literasi

Guru SLB tidak saja mencari media, namun juga mencari metode yang tepat dalam proses kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak secara menarik dan menyenangkan. Mengacu dari teori Bruner belajar berhitung menekankan pada pemberian kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri. Proses belajar yang dilakukan dan dialami sendiri akan mengoptimalkan potensi siswa. Proses belajar berhitung diawali dari proses benda kongkrit, semi kongkrit ke tingkat abstrak. Dari yang mudah menuju ke tingkat yang lebih sulit secara bertahap.

iklan

Bermain peran atau role play sebagai salah satu dunia permainan anak-anak, seperti “Aku ingin jadi dokter”, “Aku ingin jadi polisi”, “Aku ingin jadi insinyur” dan sebagainya. Itulah cita-cita mereka, dunia mereka. Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain peran menjadi aktivitas menyenangkan dilakukan tanpa beban yang dilakukan setiap hari dengan riang gembira.

Baca juga:  Scrabble Tingkatkan Penguasaan Kosa Kata Pembelajaran Bahasa Inggris

Role Playsalah satu bentuk metode pembalajaran yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar berhitung di SDLB Shantiyoga Klaten. Role play dapat melibatkan aktivitas semua anak di dalam kelas sementara guru mengawasi jalannya permainan. Anak berperan sebagai penjual dan pembeli secara bergantian. Permainan diawali dari menjual dan membeli tanpa uang kembali lalu mengambil barang dan membayar. Anak yang lain dapat melihat dan mengamati proses menjual dan membeli.

Proses belajar dengan metode role play diawali dengan benda kongkrit. Anak dapat memegang, menghitung uang dengan teliti. Bagi anak tunagrahita yang belum menerima tugas dalam bermain peran, mereka akan menyaksikan, mengamati, mendengarkan teman yang berperan sebagai penjual dan pembeli. Jumlah anak di dalam kelas teriri dari 8 orang, maka dapat dibagi menjadi 4 kelompok, mereka saling bergantian sebagai pelaku penjual dan pembeli. Proses pengulangan kelompok role play selama 4 kali, dilakukan berulang agar mempermudah anak menguasai kemampuan berhitung. Tentu akan meningkatkan penguasaan berhitung bagi anak tunagrahita di SLB Shantiyoga.

Baca juga:  Mind Mapping Tingkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran IPAS

Yuni Sulistyaningsih, S. Pd
SLB C Shantiyoga

iklan