JATENGPOS.CO.ID –Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). (Perpres 87/2017).
Pendidikan karakter di sekolah selama ini cenderung dibebankan pada mata pelajaran Agama dan PPKn. Mata pelajaran lain hanya mengajarkan pengetahuan sesuai dengan bidang ilmu, teknologi atau seni. Padahal seharusnya proses penumbuhan nilai-nilai karakter idealnya diintegrasikan di dalam setiap mata pelajaran pada proses pembelajaran.
Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas dapat dilakukan dengan cara (1) Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran. (2) Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi Pengajaran dan (3) Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.
Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru harus pandai memilih agar metode pembelajaran yang digunakan secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Melalui metode tersebut diharapkan peserta didik memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI, seperti kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).
Salah satu metode pembelajaran yang dapat dipilih guru adalah metode pembelajaran saintifik (Scientific Learning). Metode pembelajaran saintifik (Scientific Learning) merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada proses keilmuan dengan langkah kegiatan mulai dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik simpulan.
Berikut disajikan contoh sikap yang ditumbuhkan apabila guru menerapkan pembelajaran dengan metode pembelajaran saintifik (Scientific Learning) :
(1) Mengamati. Pada langkah ini peserta didik mengamati fenomena dengan indera (mendengarkan, melihat, membau, meraba, mengecap) dengan atau tanpa alat. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh antara lain rasa ingin tahu dan kritis.
(2) Menanya. Dalam langkah ini peserta didik merumuskan pertanyaan berangkat dari masalah yang diperoleh dari pengamatan. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh sama dengan pada langkah mengamati, antara lain rasa ingin tahu dan kritis.
(3) Mengumpulkan informasi/mencoba. Dalam langkah ini peserta didik mengumpulkan informasi/data dengan satu atau lebih teknik yang sesuai, misalnya eksperimen, pengamatan, wawancara, survei, dan membaca dokumen-dokumen. Nilai- nilai sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh antara lain ketelitian, kejujuran, kesabaran, dan ketangguhan.
(4) Menalar/mengasosiasi Dalam langkah ini peserta didik menggunakan informasi/data yang sudah dikumpulkan (dimiliki) untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan sebelumnya dan menarik kesimpulan. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh antara lain saling menghargai, ketelitian, kejujuran, sikap kritis, dan berfikir logis.
(5) Mengomunikasikan. Dalam langkah ini peserta didik menyampaikan jawaban atas pertanyaan (kesimpulan) berdasarkan hasil penalaran/asosiasi informasi/ data secara lisan dan/atau tertulis. Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh antara lain saling menghargai, rasa percaya diri, kesantunan dalam berkomunikasi, sikap kritis, dan berfikir logis.
(6) Mencipta. Dalam langkah ini peserta didik mencipta dan/atau menginovasi produk, model, gagasan dengan pengetahuan yang telah diperoleh. Nilai- nilai sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh antara lain saling menghargai, inovatif, dan kreatif.
Proses pembelajaran yang menumbuhkan budi pekerti perlu dirancang dengan cermat, dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dan dievaluasi terus-menerus secara menyeluruh. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus dirancang untuk pembelajaran yang tidak hanya menjadikan peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga menumbuhkan budi pekerti. Kegiatan pembelajaran menantang dan menyenangkan yang telah dirancang dalam RPP harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Akhirnya perkembangan budi pekerti peserta didik diikuti dan difasilitasi terus-menerus hingga secara konsisten menampilkan budi pekerti yang dilandasi oleh nilai-nilai moral yang baik.