Njawani Dengan Mahir dan Bangga Berbahasa Jawa

ANY FAIQOH,S.Pd Guru Bahasa Jawa SMKN 4 Kendal
ANY FAIQOH,S.Pd Guru Bahasa Jawa SMKN 4 Kendal

JATENGPOS.CO.ID, – Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran muatan lokal merupakan  salah satu wahana penanaman pendidikan watak dan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa.  Sejarah mencatat, bahwa kehancuran sebuah bangsa sering kali ditandai dengan runtuhnya watak, budi pekerti, karakter dan mentalitas masyarakatnya. Bangsa yang kuat biasanya juga didukung oleh masyarakat dengan karakter yang kuat yang isinya adalah manusia-manusia yang berbudaya. Oleh karena itu sangat penting pelajaran Bahasa Jawa untuk tetap ada dalam kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Atau jauh lebih baik lagi jika masuk ke dalam struktur kurikulum nasional dengan nama mata pelajaran Bahasa Daerah.

Dalam budaya Jawa, Bahasa Jawa merupakan wahana pembentukan karakter yang ditandai dengan sikap dan perilaku santun yang sesuai dengan adat dan budaya Jawa. Hal tersebut merupakan implementasi dari hasil proses belajar dan mengajar melalui metode pembiasaan.  Jika hal ini terwujud, akan menjadi sumbang sih yang luar biasa besar terhadap perbaikan budi pekerti dan karakter bangsa kita di masa yang akan datang.

Baca juga:  Sambuyat, Eksplorasi Spiritual IPA Mater iZat Aditif

Perbaikan budi pekerti dan karakter bangsa kita di masa yang yang akan datang, sama artinya dengan menyelesaikan banyak masalah yang sedang menjerat negeri ini. Bobroknya moral, budi pekerti dan karakter merupakan masalah yang bersifat substansif. Oleh sebab itu selain penting mata pelajaran Bahasa Daerah seperti Bahasa Jawa masuk ke dalam kurikulum nasional, para guru Bahasa Daerah khusunya Bahasa Jawa harus dapat mengemas, menskenario pembelajaran Bahasa Jawa menjadi mata pelajaran yang aktif, kreatif, dan menarik bagi peserta didik. Selain itu pembelajaran Bahasa Jawa juga harus dibuat mudah. Sehingga peserta didik tidak kesulitan, menyukai dan tidak bosan dalam menerima pelajaran Bahasa Jawa. Jangan sampai pelajaran Bahasa Jawa menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.

Pembiasaan menggunakan bahasa Jawa di lingkungan sekolah di luar jam pelajaran sebenarnya merupakan cara yang sangat efektif dalam mengajarkan anak lebih dulu mengenal dan memahami karakter bahasa ibu mereka. Sehingga mereka menjadi generasi yang mengerti akan budaya dan karakter asli orang Jawa atau sering disebut dengan dadi wong njawa sing njawani atau wong Jawa sing ora kelangan Jawane. Sebenarnya untuk langkah pemnbiasaan ini Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui sudah sangat mendukung dengan adanya Pergub nomor 55 tahun 2014yang merupakan aturan perubahan atas Pergub nomor 57 tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2013 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa.

iklan
Baca juga:  Aqidatul Awwam, Mudahkan Siswa Menghafal Nama-Nama Nabi

Pada Pergub lama, Bahasa Jawa hanya digunakan pada khotbah keagamaan, rapat-rapat RT / RW, lembaga-lembaga adat, kegiatan masyarakat dan organisasi kemsyarakatan. Sedanga Pergub baru yang ditetapkan pada tanggal 22 Agustus 2014 mewajibkan penggunaan Bahasa Jawa di lingkungan kerja instansi Pemprov Jateng, Pemkab/Pemkot serta instansi baik situasi resmi maupun tidak resmi.

Pemerintah tinggal menambahkan langkah tindak lanjut yang berupa pengawasan, peneguran atau bila perlu member sanksi bagi SKPD yang tidak melaksanakan yang tertuang dalam Pergub terkait. Supaya bahasa Jawa sebagai bahasa ibu benar-benar menjadi tuan rumah di JawaTengah.

Karena pada kenyataannya banyak sekali SKPD yang belum mengindahkan aturan tersebut. Termasuk Perda dan Pergub tentang mata pelajaran Bahasa Jawa yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan minimal dua jam pelajaran per-minggu. Sampai saat ini masih banyak sekolah khususnya SMK yang “nakal” dalam penyusunan struktur kurikulum. Meski muncul dalam nilai raport, juga ijazah namun pada kenyataannya pelajaran Bahasa Jawa tidak diberikan pada siswa.  Hal ini berdasarkan hasil wawancara Tim MGMP Bahasa Jawa SMK dengan siswa yang bersekolah di sekolah “nakal” tersebut.

Baca juga:  Anak Berkebutuhan Khusus di Era Milennial

Besar harapan guru-guru Bahasa Jawa akan adanya tindakan serius pemerintah dalam menangani hal tersebut. Supaya generasi kita menjadi geenerasi yang njawani dengan mahir dan bangga berbahasa Jawa

ANY FAIQOH,S.Pd             

Guru Bahasa Jawa SMKN 4 Kendal

iklan