Dalam era digital dengan anak-anak milenial, kita sebagai guru dituntut untuk lebih kretaif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang monoton dengan guru sebagai pusat dan satu-satunya sumber belajar sudah tidak lagi relevan diterapkan. Kegiatan belajar yang banyak menuntut siswa untuk duduk manis mendengarkan guru, menyimak buku pegangan, atau melihat powerpoint yang berisi “powerword” yang hanya dipindah juga akan membosankan.
Maka dari itu kita sebagai guru harus bisa mengikuti perkembangan milenial yang kehidupan sehari-hari tidak bisa lepas dari “gadget”. Seharusnya tidak lagi ada guru yang berkata bahwa dirinya “gaptek” dengan gadget. Karena guru jaman sekarang pasti sudah terbiasa dengan laptop dan smartphone. Mengapa tidak belajar menggunakanya untuk kegiatan belajar mengajar, jadi tidak hanya digunakan untuk bersosmed ria.
Apalagi dalam pembelajaran IPS, yang ilmunya dinamis, mengikuti perkembangan zaman, mengikuti perkembangan peradaban manusia, jadi sebagai guru IPS harus selalu up to date semua berita dan semua peristiwa yang sudah terjadi, sedang terjadi dan kemungkinan akan terjadi. Dan hal tersebut bisa dilakukan dengan memanfaatkan gadget (laptop maupun smartphone) yang dimiliki dan kemudian diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Sehingga tercipta pembelajaran yang up to date, kreatif dan menyenangkan bagi siswa maupun guru.
Walaupun penggunaan gadget dalam pembelajaran, banyak kendalanya, seperti halnya disekolah kami di SMP Negeri 2 Purwodadi. Kendalanya adalah disekolah kami anak-anak dilarang membawa Hp, dan koneksi internet. Kendala pertama bisa dipecahkan dengan meminta ijin dan mengkoordinir pembawaan Hp oleh guru mapel masing-masing. Jadi Hp digunakan hanya digunakan saat dibutuhkan saja, misalnya hanya saat pelajaran IPS, saat pelajaran lain Hp dititipkan ke guru IPS, kendala yang kedua, karena koneksi internet disekolah kami masih terbatas, maka jalan keluarnya adalah anak-anak membeli kuota hanya untuk hari itu untuk menghindari protes dari orang tua/wali siswa maupun menghindari pemakaian gadget untuk hal yang tidak baik.
Penulis sebagai guru IPS di SMP Negeri 2 Purwodadi, mencoba menerapkan dalam pembelajaran dalam membahas KD 3.3 materi ekonomi kreatif. Dalam ekonomi kreatif ada 14 sektor yang dikembangkan di Indonesia. 14 sektor ekonomi kreatif tersebut antara lain: sektor periklanan, arsitektur, kuliner, kerajinan, desain, fashion, video film dan fotografi, permainan interaktif, music, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan piranti lunak, televise dan radio, riset dan pengembangan.
Dari 14 sektor tersebut anak-anak boleh memilih yang manapun, tetapi saya syaratkan harus menggunakan gadget. Sebagai contoh anak-anak memilih sektor kuliner. Anak-anak membuat menu baru sesuai kreatifitas mereka dan setelah jadi harus diiklankan di sosmed yang mereka miliki, bisa FB maupun instagram. Jadi selain menyasar sektor kuliner, sektor periklanan juga dicapai.
Begitu juga jika siswa memilih sektor musik, selain anak-anak sebisa mungkin menyusun aransemen baru, juga merekamnya dan meng uploud di sosmed masing-masing. Bahkan ada juga yang membuat film pendek, yang menggambarkan kegiatan mereka sehari-hari sebagai siswa kelas 9 yang sedang sibuk mempersiapkan banyak tes. Dalam seni pertunjukan bahkan anak-anak menampilkan didepan kelas, direkam dan kemudian di uploud di sosmed masing-masing.
Dari pembelajaran tersebut ternyata anak-anak lebih bersemangat dan kreatif. Misalnya dalam sektor kuliner, anak-anak banyak yang menemukan menu-menu baru dan mempersembahkan kepada bapak ibu guru untuk mencicipi.
Dari pembelajaran ini, saya sebagai guru IPS berharap agar abak-anak bisa memmanfaatkan gadget untuk hal yang positif, syukur-syukur bisa sebagai awal anak-anak merintis masa depan mereka sebagai kaum milenial yang kreatif.
Wahono Endah S, M.Pd
Guru IPS SMP Negeri 2 Purwodadi