Metode Eksperimen Mudahkan Siswa Tunagrahita Pahami Sifat-Sifat Cahaya

Rina Padmawati Tri Lestari, S.Pd Guru SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman
Rina Padmawati Tri Lestari, S.Pd Guru SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman

Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sama halnya belajar tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pada materi IPA kelas XII SLB Tunagrahita terdapat pembahasan tentang sifat-sifat cahaya. Materi sifat-sifat cahaya perlu dipahami oleh siswa karena berkaitan erat dengan pemanfaatannya dalam berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari.

Pemilihan metode pembelajaran mempengaruhi keberhasilan guru dalam memahamkan suatu materi pelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran, guru harus memperhatikan karakteristik materi yang akan dipelajari, juga karakteristik siswa yang akan belajar. Siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) di SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman termasuk kategori anak tunagrahita ringan. Moh. Amin (1995: 37) menyatakan bahwa tunagrahita ringan lancar berbicara namun kurang perbendaharaan kata-katanya, sukar berpikir abstrak, dan dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Sedangkan materi “Sifat-sifat cahaya” merupakan materi IPA yang bersifat abstrak dan sulit dipahami jika hanya dijelaskan secara lisan saja.

Baca juga:  Metode Games Tingkatkan Minat Belajar Bahasa Inggris

Adanya kesenjangan antara karakteristik siswa tunagrahita dan materi yang akan dipelajari tersebut menuntut guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengubah sesuatu bersifat abstrak menjadi konkret. Metode yang digunakan harus dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna dan materi yang dipelajari mudah dipahami oleh siswa tunagrahita. Oleh karena itu, pembelajaran “Mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari” di kelas XII SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman dilaksanakan dengan metode eksperimen.
Roestiyah (2001:80) mengemukakan metode eksperimen adalah cara mengajar dengan melibatkan siswa untuk melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Dengan melakukan percobaan, siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan. Siswa diberi kesempatan untuk membangun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertahan lama.

Baca juga:  Pembelajaran Matematika Menyenangkan Dengan IT

Kegiatan eksperimen mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari di kelas XII dilakukan secara individual karena siswanya hanya 3 orang. Pada kegiatan pendahuluan, guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, menjelaskan tujuan eksperimen dan masalah yang akan dibuktikan, serta memberi petunjuk tentang langkah-langkah melakukan eksperimen kepada siswa. Pada kegiatan inti, siswa melakukan eksperimen dengan langkah-langkah: 1) membaca lembar tugas, 2) bertanya kepada guru jika ada informasi yang belum dipahami, 3) melakukan eksperimen sesuai langkah kerja, 4) mengamati hasil eksperimen dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lembar tugas, 5) menulis kesimpulan eksperimen, dan 6) menyampaikan hasil eksperimen di depan kelas. Pada kegiatan akhir, guru mengumpulkan hasil percobaan siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

iklan
Baca juga:  Internalisasi Pendidikan Akhlak Mulia

Sikap positif siswa yang dapat penulis amati pada saat melakukan eksperimen adalah: siswa punya rasa ingin tahu, antusias melakukan percobaan, dan mereka percaya diri menginformasikan hasil percobaan di depan kelas. Sedangkan kompetensi pengetahuan yang dapat dicapai siswa setelah melakukan eksperimen adalah: 1) dapat menuliskan sifat-sifat cahaya pada tabel hasil percobaan, 2) dapat menyebutkan sifat bayangan pada cermin, dan 3) menyebutkan contoh kegiatan yang memanfaatkan sifat cahaya.

Perlu diperhatikan bahwa selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi dan membimbing pekerjaan siswa, karena jika siswa melakukan kesalahan dalam bereksperimen namun tidak diketahui oleh guru, maka dapat berakibat siswa keliru dalam mengambil kesimpulan. Selain itu guru juga perlu mengajukan pertanyaan guna menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.

Rina Padmawati Tri Lestari, S.Pd
Guru SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman

iklan